TERJADI SESUATU YANG DIINGINKAN
Oleh : Ando Lan
Ketika kami makan bareng, sesekali aku curi-curi pandang ke istri Yudi. Bukan karna ada pikiran aneh-aneh atau niat jahat ke dia, tapi justru karna menghindari pikiran itulah sebenarnya. Aku gak mau karna kedekatan ini, jadi timbul sesuatu yang gak seharusnya terjadi.
Kenapa harus curi-curi pandang? Ya, biar istrinya nyaman tanpa ada pikiran buruk tentang aku. Aku gak mau dia berpikiran yang gak-gak. Aku gak ingin dia grogi karna kulihatin. Aku mau dia santuy tanpa terbebani apapun. Aku ingin dia nyaman disampingku tanpa takut diapa-apain.
Aku memang laki-laki baik-baik. Aku bisa dipercaya tanpa mengecewakan. Walau aku udah sering jajan ke ceue-ceue luna ke lokalisasi, tapi itu beda. Itu kenakalan anak muda. Itu masih dalam batas normal dan wajar. Tapi kalau memperk0sa orang, menggagahi istri orang, merusak anak gadis orang, merudapaksa tetangga, itu udah diluar sifat, tabiat, ataupun kelakuanku.
"Makanlah, Yu! Masih banyak tuh. Kecuali gak ada.", ucap istri Yudi.
"Iya! Masih ada nih!", jawabku sambil nunjuk yang di piringku.
"Malu ya? Gak usah malu-malu. Bukan siapa-siapa.", ucapnya lagi.
Dalam hati aku bahkan berharap, supaya jangan sampai terjadi sesuatu yang gak diinginkan diantara kami. Semoga dalam hati istri Yudi gak pernah terlintas niat-niat lain dengan aku. Aku gak mau dengan istri orang, apalagi istri temanku sendiri.
Sedapatnya aku gak mau kontak mata dengan istri Yudi. Walaupun bicara tapi aku fokus ke yang lain aja. Misalnya ketika makan, ya fokus ke piringku. Kalau gak lagi makan, ya mungkin fokus ke dinding, langit-langit rumah, atau handphoneku.
Tapi entah sengaja atau gimana, istri Yudi menunjukkan selangkangannya ke aku. Gak mungkin dia gak menyadari pahanya terbuka. Jantungku pun auto berdebar lebih kencang. Bukan karna horni tapi karna kaget aja. Lagi berduaan kok melihat itunya pula. Astaghfirullah....
Istri Yudi pura-pura sibuk aja dengan yang lain. Memang dia gak pernah menantang dengan tatapan liar, atau melihatiku apakah udah melihat selangkangannya yang terbuka. Dia kayak gak menyadari aja itunya udah nampak. Dalam hati aku pun istighfar. Semoga aja ya Alloh, semuanya baik-baik aja.
Tapi entah kenapa, aku juga jadi curi-curi liat ke selangkangannya. Bukan karna selera atau penasaran, tapi ku ulang-ulang aja sebisanya melihat kesana. Karna emang gak bisa lihat lama-lama, jadinya butuh beberapa kali melihatnya.
Sambil melihat aku sambil mengguman, ya Olloh.. apa-apaan ini. Janganlah disengaja nunjukin ke aku. Aku gak bakal tergoda kok. Aku bukannya senang kok, malah jadi ilfeel. Ya, aku bilang ilfeel bukan karna istri Yudi itu gak menarik. Jujur menarik! Tapi aku gak ada pikiran kesana. Itu aja!
Prinsipku kalau istri orang, apalagi istei teman sendiri gak boleh diganggu. Itu udah ada pemiliknya. Walaupun dia yang godain, sepantasnya itu ditolak dan jangan dituruti. Sumpah, aku benar-benar gak pernah bayangin gimana-gimana dengan istri teman sendiri.
Beberapa kali dia mengubah cara duduknya, tetap aja itunya kelihatan. Mau bilang pastilah segan. Tapi dibiarin dan dilihatin dosa. Nampaknya dia sengaja menunduk atau pura-pura utak-atik handphone Nokia 5310 miliknya, agar aku leluasa memandangi selangkangannya.
Begitu juga setelah selesai makan, dia beres-beres sesuatu dengan menunggingiku. Nampak jelas celana dalamnya ngecap karna kain roknya memang tipis. Dia seakan mempertontonkan p4nt4tnya yang padat berisi dengan tubuh sintalnya ke aku.
Belum lagi dengan buah dadanya yang menyembul dan beradu satu sama lain dibalik baju tipis dan lumayan sexi itu. Dia seakan-akan sengaja memberiku bonus ekstra karna udah bantuin dia pindah rumah. Dia pikir aku senang dia melakukan itu. Dia gak tau aku gak suka dengan cara-cara dia kayak itu.
Setelah selesai nyusun barang-barang, kami istrahat sambil ngopi dan ngeteh. Dia kembali membahas Yudi, suaminya yang udah jauh darinya. Dia bilang gak nyangka suaminya bisa sebodoh dan senekat itu melarikan duit bosnya. Lalu dia mengkuatirkan kondisi suaminya, begitu juga keadaan mereka kedepannya.
Dia menangis! Berkali-kali dia harus menyeka airmatanya dengan jemarinya sambil terus mengucapkan kata-katanya. Dia makin terisak! Airmatanya makin deras membasahi pipinya. Sesekali dia harus menyekanya dengan baju yang dipakainya. Dia menarik keatas bagian leher bajunya.
Aku terdiam menatapnya. Aku ikut terlarut dalam ceritanya. Aku memang gak bisa lihat perempuan menangis. Aku jadi ikut melow. Tapi gak banyak yang bisa kulakukan. Gak mungkin kubantuin menyeka airmatanya, mengusap-usap rambutnya, atau menepuk-nepuk pundaknya serta memeluknya.
Isak tangisnya pun makin menjadi-jadi. Bagai tanpa sadar dia mengangkat bagian bawah bajunya dan menyeka pelupuk matanya yang bercucuran airmata. Sontak aku kaget melihat perut, pusat, dan bagian bawah branya yang terbuka karna bajunya tersingkap keatas.
Aku jadi bingung harus ngapain. Mungkin ini sengaja, pikirku. Dia berharap aku mendekatinya dan menenangkannya. Tapi aku juga ragu, jangan-jangan nanti dia jadi berpikiran yang gak-gak tentang aku. Jangan sampai dia mikir aku lagi cari kesempatan dalam kesempitan.
Sambil terus terisak-isak dia ngambilin minum ke kulkas lalu meminumnya lalu pindah duduk dekat aku. Aku gak tau apa yang bakal dia lakukan. Ternyata dia duduk disampingku dan merebahkan kepalanya ke bahu kiriku. Jantungku pun makin berdetak lebih kencang bagai genderang mau perang.
Aku takut ada yang lihat dari luar sana. Mataku sibuk lihatin kearah pintu. Tapi dia terus terisak-isak sambil menaruh telapak tangan kirinya dibahu kananku. Astaghfirullah... Jujur aku grogi. Soalnya dia bukan pacarku yang lagi ngambek, tapi dia istri orang.
Akhirnya aku pun terpaksa membantunya menghentikan tangisannya. Aku ucapkan beberapa kalimat untuk menenangkannya. Lalu aku melepaskan tangan kiriku yang terhimpit oleh tubuhnya, lalu menaikkannya ke lengan kirinya lewat punggungnya. Aku mengelus-elus pundak serta lengannya sambil terkadang memijatnya lembut.
Gak mau berhenti nangis, aku pun mengelus-elus tangan kirinya yang merangkul bahu kananku. Kuelus naik turun sambil memijat-mijat juga. Lalu dia makin menjatuhkan kepalanya dari bahuku ke dadaku. Wajahnya bergesek makin kebawah dan ditempelkan tepat didadaku. Lalu aku pun membelai rambutnya dan mengusap pelipis matanya serta pipinya.
Gak ada kata-kata yang terlontar dari mulut kami berdua. Kini cuma tangan yang bicara. Perlahan dia mulai mengurangi isak tangisnya, tapi gak benar-benar berhenti. Aku terus mengusap-usap wajah dan dagunya. Aku kayak antara sadar dengan gak. Jujur aku bukan khilaf, tapi aku terbawa masuk aja kedalam suasana.
Aku gak tau harus gimana selain melakukan itu ke dia. Aku hanya ingin membantunya berhenti terisak. Aku gak mau orang yang diluar sana dengar tangisan dia dan mengira kami lagi berantam. Sekian lama dengan posisi itu, otakku terus berpikir, gimana nanti ending peristiwa ini.
Apa aku sudahi sampai disini aja dengan berbagai alasan, atau kuikuti aja iramanya? Ok, aku pun mau mengikuti aja kemana aku dibawa arusnya. Aku mulai gak mikirin apa-apa, aku makin menunjukkan rasa peduliku lewat sentuhan-sentuhan. Bahkan aku udah berani mencium pipinya dan mengecup keningnya.
Aku tau dia udah makin nyaman dipelukanku. Dia pun udah berani memainkan jemarinya meremas tangan, lengan, atau pundakku. Aku tau dia pengen melakukannya denganku, dan aku pun pasrah aja mau memberikan yang dia mau. Kini tanganku makin ramah aja menjelajahi tubuhnya. Bahkan udah berani menyentuh dadanya.
Kuremas payud4ranya untuk sekian lama, dan dia menekan dan menahani tanganku disana. Lalu tanganku menyusup kedalam bajunya dan meremas secara langsung dua bukit kembar itu. Kuraba pentilnya dan kumainin dengan jemari tanganku.
"Buka aja!", bisiknya.
Aku sih kurang minat membukanya. Kumainin aja terus tanganku didalam bajunya. Akhirnya dia membukanya sendiri. Kini selain menyentuh dengan tangan, aku juga bisa melihat dengan mataku. Jujur aku gak minat menghisapnya. Tapi dia memintaku melakukannya.
"Isaplah!", bisiknya sambil menekan kepalaku ke payud4ranya. Agak berat rasanya bagiku, karna aku melakukannya belum sepenuh hati. Tapi dia terus menekan kepalaku dan menyuruhku n3nnen ke dia. Gak bisa menolak lagi, akhirnya kujulurkan lidahku mengitari pentilnya.
"Ooohhh......!"
Terdengar desahan dari mulutnya.
Kumainkan terus lidahku dikedua pentilnya, dan telapak tanganku meremas-remasnya ganti-gantian.
"Aaahhh..... aaahhhhh....!"
Dia terus mendesah menikmati permainan lidah dan tanganku.
Lalu kami jeda sejenak. Dia langsung membuka semua pakaiannya hingga hanya menyisakan celana dalam warna kuning pucat.
"Bukalah!", bisiknya.
Aku pun membuka bajuku, lalu celana jeansku, tapi celana dalamku belum. Kami pun pelukan sambil menempelkan wajah ke wajah. Kami saling menciumi pipi dan leher, namun bibir gak. Kami makin mempererat pelukan sampai benar-benar terkunci.
Kurasakan dia makin memperlonggar pelukannya dan melepaskan sebelah tangannya. Ternyata dia meraba anuku dan meremas-remasnya. Aku pun auto membalas dengan perlakuan yang sama. Kuraba selangkangannya yang hanya dibalut CD tipis itu. Aku memainkan tanganku dibelahan kerang bulunya sambil meremas gundukan itu.
"Belum keras punyamu!", bisiknya sambil terus meraba punyaku.
"Maininlah!", bisikku.
Tytydku memang belum ngaceng maksimal. Mungkin efek gak terlalu selera kali ya?! Lalu dia memasukkan tangannya kedalam CD-ku lalu menggenggam batangku kuat-kuat. Dengan geram dia menekannya kuat-kuat. Setelah itu dia mengocok-ngocok punyaku didalam CD-ku.
"Gak usah dikocok!", bisikku.
"Trus?", tanyanya.
Aku diam!
"Aku gak suka ngisap!", ujarnya.
Aku diam!
Soalnya aku bukan mau nyuruh dia nge-BJ punyaku. Tapi emang gak suka aja dikocokin.
Dia berusaha mengeluarkan batangku dari CD itu. Lalu aku pun membantu membukakannya. Dia langsung memainkan batang serta bijiku sambil terus mengamatinya. Akhirnya tytydku ngaceng maksimal. Batangku udah keras banget sampai kelihatan urat-uratnya.
Dia mengocok pelan-pelan dengan gerakan super lambat. Lalu kutarikkan karet CD-nya kebawah, yang akhirnya dibantunya juga menurunkan sampai benar-benar lepas dari pergelangan kakinya. Kuraba dan kucongkelin lobangnya berkali-kali hingga membuatnya gak berhenti mendesah.
"Aaahhhh..... aaahhhh.....ooohhhh.....!"
Lalu ku masukin jari tengahku kedalam, dan kugelitik lobangnya dengan jariku. Kemudian kuganti pakai jari telunjuk dan kucucuk-cucuk dengan gerakan cepat.
"Ahhh... aaahhh.... aaaahhhhh!"
Dia menghentikan permainannya sejenak, lalu dia bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. Ditutupnya pintu pelan-pelan sambil sedikit diangkat. Soalnya pintu agak lengket dan bergesek kelantai kalau didorong sekenanya aja. Akhirnya pintu tertutup tanpa menimbulkan suara sedikit pun.
Kami berjalan menuju kamar yang baru aja kami tata rapi. Kami naik keatas kasur dan langsung rebahan sambil rangkulan. Kutaruh dia diatas menimpa tubuhku lalu kuciumi wajahnya bertubi-tubi.
Kuarahin anuku ke anunya sampai keduanya saling menempel. Lalu kuhentak-hentak pinggulku keatas agar anu kami saling bergesekan. Batangku langsung tergencet dalam posisi nyamping ke kanan. Lalu sesekali kutekan-tekan pnt4tnya kearah tubuhku hingga menghasilkan bunyi kayak suara tepukan.
Aku memegangi anuku dan berusaha menegakkannya. Lalu kulonggarkan tubuhnya keatas agar anuku bisa kutancapin ke lobangnya. Dia pun sedikit mengangkat pinggulnya dan menumpukan lututnya kekasur agar asa spasi buat batangku meraba jalannya.
Tapi cukup sulit bagiku menancapkannya. Akhirnya aku biarin aja batangku terjepit dipangkal pahanya lalu kuhentak-hentak pinggulnya naik turun. Merasa kurang afdol dengan cara itu, akhirnya kugulingkan tubuhnya ke kasur dan aku pun menaikinya.
Tanpa kusuruh dia langsung melebarkan pahanya lalu dengan gercep tanganku meraba kerang bulunya serta mengusap-usapnya. Tanpa buang-buang waktu aku langsung mengarahkan batang milikku tepat ke lobangnya. Begitu tepat ke lobangnya, aku langsung menekan ke dalam.
"Oohhh......!"
Dia merintih. Dia memejamkan matanya menikmati proses penetrasi batangku dilobang miliknya. Aku terus menekan dan menghentak-hentakkan pinggulku, sehingga batangku makin masuk sampai kandas. Mulut istri temanku itu pun gak bisa diam lagi. Dia terus mendesah serta meringis menikmati tarian batangku yang ngebor lobangnya.
Bagai mesin jahit aku makin mempercepat gerakanku mencelup-celupkan jarumku dilobangnya. Gerakanku begitu lincah kayak gak mengenal lelah. Aku pun keringatan walaupun kipas angin udah di stel ke yang paling kencang. Aku membolak balik tubuh istri temanku dan mencoba dari berbagai posisi.
Aku memang gak hafal gaya-gaya bercinta, dan aku gak tau nama-nama gaya yang udah kucobain. Yang penting tergapai oleh tytydku dan memang nyaman buatku, itu aja. Dan satu lagi, yang penting itu enak bagiku. Karna kalau rasanya kurang enak, aku akan segera mengganti ke posisi lain atau balik ke posisi semula.
Selesai
Lanjut dengan judul : "GAK PERNAH PAKE PENGAMAN"
Komentar
Posting Komentar