AKU SENGAJA PULANG KERUMAH PADA SAAT JAM KERJA

Oleh : Ando Lan


Dikantor, aku sering curhat dan bercerita mengenai rumah tanggaku ke teman-temanku. Aku udah gak kuat lagi memendam semuanya. Aku merasa sedikit lega apabila aku menceritakannya ke teman-temanku. Dan teman-temanku turut prihatin atas apa yang kualami.


Hampir semua teman-temanku mensinyalir bahwa suamiku udah fiks penyuka sesama jenis. Mereka bisa bilang gitu adalah dari kejadian demi kejadian yang udah kualami. Mereka pun menyuruh, kalau suamiku masih mau bawa temannya nginap kerumah, aku pura-pura tidur aja duluan didepan TV, ketika nonton bareng diruangan itu.


Tapi pasca kepergok papasan dikamar mandi itu, suamiku memang gak pernah lagi bawa temannya nginap dirumah. Aku juga yakin, pasti suamiku gak bakal mau lagi melakukannya dirumah. Sedangkan keluar malam aja dia rutin. Ya, mungkin diluar sanalah dia melakukamnya dengan brondong-brondong itu.


Lalu besok-besoknya aku pun dapat info dari salah satu tetangga, kalau suamiku ternyata sering pulang kerumah pada saat jam kerja. Dia datang pasti sama temannya, gak pernah sendirian. Dan teman suamiku itu pun anak-anak muda, yang usianya sekitar usia anak SMP, SMA, atau anak kuliahan.


Aku pun makin curiga, ngapain suamiku sering-sering kerumah pada saat jam kantor. Si tetangga bahkan bilang, begitu mereka masuk, pintu pun segera akan ditutup. Lalu setelah sekian lama mereka pun keluar dan pergi. Awalnya aku minta si tetangga motoin atau mideoin, tapi dia gak pernah berhasil melakukannya, karna jarak rumah kami masih dihalangi 4 rumah.


Akhirnya salah satu teman baikku dikantor, menyarankan aku agar izin aja pulang pada saat jam kerja. Itu salah satu cara biar aku bisa memergoki suamiku didalam. Aku pun kerjasama dengan si tetangga tadi. Aku menyuruhnya menelepon atau meng-WhatsApp aku kalau suamiku pulang kerumah dengan temannya.


Akhirnya pada suatu saat, si tetangga pun mengcallingku lewat WA, dia bilang suamiku baru aja sampai dirumah dengan anak muda. Aku pun auto gemetaran dan tulang-tulangku berasa remuk gak berdaya. Aku segera izin pulang dan aku bergegas menuju parkiran sepeda motor.


Aku pun melaju dengan hati gundah gulana. Setelah sampai di kompleks perumahan, aku pun memarkirkan motorku didepan rumah tetangga. Tepatnya 3 rumah sebelum rumahku. Aku melanjutkan perjalananku dengan jalan kaki. Sontak aku dikagetkan dengan penampakan 2 pasang sepatu diteras rumah dan juga sepeda motor suamiku disana.


Aku pun makin gemetaran, detakan jantungku makin dipacu makin cepat. Aku pun hampir bingung mau lakukan apa. Sebab aku gak bisa mengintai dari celah manapun kedalam. Lalu aku pun memutuskan mengetok pintu seraya memanggil suamiku. Udah kupanggil berkali-kali dengan suara kencang, tapi pintu gak juga dibukakan. Aku yakin suamiku pasti dengar suaraku, tapi dia gak nongol-nongol bukain pintu.


Hatiku makin panas. Aku gak bisa bayangkan apa yang kini dilakukannya dengan seseorang didalam sana. Sebagai istri wajarlah aku merasa cemburu, karna suamiku melakukan hubungan intim dengan orang lain, bukan dengan aku istrinya.


Yang lebih terasa menyakitkan lagi, karna orang yang berhubungan intim dengannya itu bukan perempuan, melainkan sesama laki-laki. Istri mana yang gak teriris hatinya mengetahui suaminya suka jajan ke sesama jenis. Ya Olloh...


Aku pun makin menguatkan suaraku dan juga ketokan tanganku ke pintu. Ku panggil-panggil dia sambil kuguncang-guncang gagang pintu kuat-kuat. Akhirnya dia pun menjawab.


"Iya, tunggu bentar!"


"Kok lama banget. Ngapain kamu didalam?", ujarku.


"Iya, ya.. tunggu, tunggu...!", ucapnya.


Tapi masih aja belum muncul bukain pintu. Aku udah bosan dan gak sabar lagi. Aku ngamuk sampai tetangga pada keluar. Semua pada nonton dari teras masing-masing. Tapi belum ada yang berani mendekat. Hanya Bu Rida, tetangga yang tadi meng-WA ku yang udah berdiri ditepi parit didepan rumah kami.


"Kok lama kali dibukanya, ya!", ujar Bu Rida.


"Entahlah! Pusing aku liatnya. Entah ngapa-ngapain didalam situ!", ucapku kuat-kuat.


Lalu pintu pun terdengar dibukakan dari dalam. Lalu nongollah suamiku dengan wajah pucat pasi. Gak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dia makin kebingungan melihat Bu Rida udah di depan rumah kami.


"Ngapain lama banget dibuka?", tanyaku membentak.


Suamiku diam seribu bahasa.


"Napa Abang diam. Gak bisa Abang jawab ya?", tanyaku.


Lagi-lagi suamiku terdiam dan tertunduk.


"Aku tanya Abang ngapain didalam?", tanyaku lagi.


"Ini sepatu siapa? Sepatu siapa?", tanyaku sambil menyepak sepatu itu hingga tercampak ke bawah kolong mobil.


Aku pun segera masuk kerumah, sat set sat set kuperiksa seluruh ruangan. Dari kamar ke kamar hingga kutemui salah satu kamar dalam keadaan tertutup. Lalu kudobrak pintu itu sambil berteriak.


"Bukaaa! Jangan sembunyi kamu. Keluar kamu! Bukaaa!!! Bukaaaaaa!!!"


Akhirnya pintu pun terbuka. Tapi gak ada orang yang keluar dari dalam. Aku pun sat set sat set masuk kedalam dan astaghfirullah, aku kaget banget ya Alloh! Seorang brondong tengah berdiri mematung sambil menggigil disudut ruangan. Dia menatapku dengan wajah yang sangat ketakutan.


"Kamu siapa? Ngapain kamu dirumah saya? Ngapain kamu disini?", tanyaku.


"Kamu ngapain dengan suami saya? Ayo jawab!", desakku.


Lalu aku teriak histeris sambil menangis. Aku hempaskan tasku kelantai dan aku pun terduduk dilantai itu sambil menangis. Aku berteriak-teriak terus hingga suaraku hampir kehabisan. Para tetangga udah ngumpul didepan rumahku.


Aku pun memasuki kamar utama kami, yaitu kamarku dengan suamiku. Astaghfirullah ya Olloh.... bedcover acak-acakan. Ada 2 buah celana dalam tergeletak diatas kasur. Salah satunya celana dalam milik suamiku, merk Giordiano. Dan satu lagi jenis G-string yang gak tau aku merk apa. Selain itu ada kondom merk Sutra gerigi yang udah terpisah dari bungkusnya. Juga ada lubricant merk Vigel terletak dilantai dengan tutup yang terbuka.


Laa ilaha illallah... ternyata suamiku berhubungan badan dengan si brondong lucknut! Dan peristiwa penggrebekan itu juga disaksikan langsung oleh anak sulungku, yang udah duduk dibangku kelas 6 SD itu. Ternyata dia udah pulang sekolah. Gak kulihat dia masuk rumah. Dialah yang ikut beres-beres kamar kami yang udah acak-acakan itu.


Farel, anak pertamaku itu, menyaksikan langsung kondisi kamar tempat Bapacknya melakukan hubungan terlarang dengan seorang laki-laki. Dan Farel sendirilah yang memungut celana dalam Bapacknya itu dan membuang celana dalam si brondong ke keranjang sampah.


Akhirnya aku pun mengungkapkan kekesalanku ke suamiku. Aku teriak-teriak minta segera bercerai. Aku bilang aku gak sanggup lagi hidup dengan dia. Aku gak sudi bersuamikan seorang hom0s3ks. Lebih baik aku menjanda dari pada harus hidup di khianati! Kalau selingkuh dengan perempuan masih mendingan! Ini dengan laki-laki!


Suamiku pun minta maaf dan berusaha membujukku agar mengecilkan suaraku. Dia bilang malu ke tetangga. Tapi justru itu yang membuatku makin menjadi. Aku kesal dengan istilah malu yang dia bilang.


"Apa katamu? Kau malu? Abang masih punya urat malu?", ucapku dengan kuat.


Aku pun ngoceh terus sambil keluar rumah. Kutemui para tetangga dihalaman rumah. Aku teriak terus sampai suaraku begitu parau dan serak.


Besoknya aku pulang kerumah orangtuaku. Jaraknya cuma 2 km dari rumah kami. Kubawa semua anak-anakku kesana. Aku langsung nangis dan bersimpuh dikaki Ibu dan Bapackku. Aku pun menceritakan semua kejadian yang kualami. Aku blak-blakan bilang kalau mantu mereka itu ternyata penyuka sesama jenis.


Aku pun bilang ke kedua orangtuaku, aku mau bercerai dengan suamiku. Aku bilang aku gak tahan lagi bersuamikan seorang hom0s3ks. Aku udah pikirkan itu matang-matang. Aku gak akan menyesal lagi di kemudian hari. Kedua orangtuaku pun menyerahkan semua ke aku. Mereka gak berani menghalangiku, dan juga gak serta merta mendukungku.


Lalu 2 hari berikutnya, dikumpulkanlah para tetua-tetua adat, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, dan perwakilan dari keluarga kami kedua belah pihak. Aku pun dengan tegas mengungkapkan lebih baik kami bercerai aja. Apapun yang terjadi, aku gak akan mau lagi menunda atau membatalkan niatku. Aku pengen segera cerai! Itulah yang ku utarakan.


Tapi salah satu tetua adat menyuruhku agar memikirkan sekali lagi niat untuk bercerai itu. Karna menurut dia aku belum sampai menangkap basah mereka berbuat me5um. Jadi menurut beliau, belum tentu juga suamiku penyuka sesama jenis. Soalnya menurut si tetua adat itu, kami udah punya anak, berarti suamiku lelaki tulen.


Lalu ada satu tokoh lain yang menimpali. Dia membenarkan ucapan sitokoh yang tadi. Dia nanya apakah selama ini kami bisa melakukan ritual suami istri. Lalu kujawab dengan jujur memang bisa, makanya lahir anak-anak kami. Lalu sitokoh pun berkata gak mungkin suamiku suka laki-laki, karna udah terbukti bisa menghamiliku.


Ya ampun.... Aku kesal banget mendengar para tokoh ini bicara begitu. Aku tanya mereka, apa bukti-bukti seperti celana dalam, kondom, dan lubricant yang berserakan dikamar gak cukup untuk memvonis suamiku penyuka sesama?


Lalu aku pun blak-blakan mengibaratkan dengan salah satu Dokter sekaligus owner RSIA tempat aku bekerja adalah juga seorang h0mos3ks.


"Paman tau kan dr. Dahril? Itu yang punya RS tempatku kerja. Itu juga h0mo! Udah semua staff dan petugas yang kerja dilingkungan RS itu tau dia gitu. Dia juga cerai dengan istrinya karna udah ketauan h0mo. Sekarang istrinya di Jakarta. Itu udah rahasia umum dilingkup Rumah Sakit!", jelasku panjang lebar.


"Bahkan anak Dokter itu sendiri udah tau Bapacknya kegitu! Tapi sekarang dia malah cuek dan santuy jalan sama laki-laki. Dia gak malu juga ke bawahan-bawahannya. Padahal dr. Dahril itu gayanya laki banget. Gak nampak sama sekali gaya-gaya kemayunya. Sedangkan yang kegitu bisa h0mo, apalagi yang jelas ngondek!", tambahku.


Akhirnya ditemukanlah kesepakatan. Diputuskanlah bahwa aku dan suamiku resmi bercerai! Aku juga membeberkan kelakuan-kelakuan aneh dia selama ini. Karna lebih banyak waktunya diluar sana dibanding dengan aku.


Dan untuk urusan nafkah batin, aku sempat mencukupkan diriku, karna usia udah makin lanjut, aku maklum dengan menurunnya kuantitas kami melakukan ritual suami istri. Mungkin suamiku udah gak mampu. Tapi ternyata bukan karna gak mampu, melainkan karna gak selera samaku. Dia malah memuaskan naf5unya dengan brondong atau anak-anak muda. Naudzubillah min dzalik!


Para tetua adat pun jadi sangat-sangat bisa memaklumi keadaan itu serta ikut merasakan penderitaanku. Sehingga kami pun disepakati secara resmi bercerai. Akhirnya aku bernafas lega. Aku gak lagi punya beban. Beban itu kini udah lepas dan terbuang dari pundakku. Aku pun bisa tidur lebih nyenyak. πŸ’€


Tamat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

π™†π™€π™‰π˜Όπ™‹π˜Ό π™‡π™€π™ƒπ™€π™π™‰π™”π˜Ό π˜½π™€π™‚π™„π™π™?

TERNYATA ISTRIKU SELINGKUH DENGAN BAINAR