TERNYATA ISTRIKU SELINGKUH DENGAN BAINAR
Oleh : Ando Lan
Aku udah sempat percaya bahwa istriku, Salma, udah benar-benar insaf dan tobat dari kebiasaannya selingkuh. Ternyata tanpa kusangka dan tanpa kuduga, istriku selingkuh dengan Bainar, adikku dari klasifikasi ordo, sekaligus yang udah kuanggap saudara kandung bagiku.
Gak tau siapa yang memulai diantara mereka. Bisa aja Bainar, bisa juga istriku. Kalau melihat tabiat istriku selama ini, kemungkinan besar dialah yang mancing duluan. Sehingga Bainar langsung gercep meladeni pancingan istriku. Dan ternyata kedekatan kami antar dua keluarga udah dibumbui dengan perselingkuhan diantara mereka berdua.
Sebelumnya aku gak nyangka ada udang dibalik bakwan. Aku kira semuanya hanya karna ketusan semata dan karna hubungan dari ordo, makanya kami bisa sedekat ini. Bahkan sampai mengklaim diri sebagai saudara kandung. Kedekatanku dengan Bainar membuat Bainar juga dekat dengan istriku. Begitu juga dengan anak-anak.
Dalam sehari, gak terhitung berapa puluh kali Bainar bisa bolak-balik datang kerumah kami, yaitu rumah yang dikasih untuk kami tempati itu. Dan meskipun dia nampak ngobrol bareng istriku, aku sama sekali gak curiga. Iya, benar-benar gak curiga! Karna apa? Ya karna kami masih satu ordo itu! Darah yang mengalir ditubuhku masih sama dengan darah yang mengalir ditubuh Bainar. Begitulah kira-kira.
Istriku itu merupakan kakaknya Bainar, karna istri dari abangnya. Jadi gak ada setitik pun pernah terpikir olehku mereka berbuat tak senonoh! Itu benar-benar diluar pikiran waras. Jadi selama ini kulepas aja istriku kalau pergi dengan Bainar. Hanya Bainarlah yang bisa dan pernah dalam sejarahnya pergi bawa istriku kemana-mana.
Istriku juga kompak dengan Farida, istri Bainar. Farida juga gak punya sedikit pun kecurigaan tentang istriku dan suaminya. Bainar sering bawa istriku belanja atau ke urusan lain dari rumah. Lalu mereka pun akan mampir dirumah Bainar dan menyempatkan ngobrol disana dengan Farida. Bahkan sampai makan bareng juga sering disana. Pokoknya kalau udah sama Bainar, aku udah menganggap istriku pasti aman!
Tapi siapa yang tau kalau antara mereka berdua ternyata terjalin hubungan hati. Mereka sepakat menjalin ikatan perselingkuhan. Kurasa istrikulah yang membujuk Bainar, sama halnya dengan kisah Adam dan Hawa. Istriku tau Bainar itu tajir! Dia pengen kecipratan duit Bainar, makanya dia kasih apemnya buat Bainar. Bainar pun langsung kesengsem dan auto icip-icip apem hangat istriku.
Sebelum ketauan punya skandal s3ks, aku sering mendapati Bainar dirumah kami dengan istriku. Kadang mereka lagi ngobrol diteras, diruang tamu, didapur, dihalaman rumah, atau dikebun samping rumah, tepatnya dibawah pohon rambutan. Bainar akan langsung senyum sumringah dengan ramahnya menyapaku. Itu udah hal biasa dan sangat wajar diantara kami yang udah kayak saudara kandung.
Kekompakan itu berlangsung selama berpuluh tahun. Bahkan bersamaan dengan ketika beberapa kali istriku ketahuan bawa laki-laki kerumah. Tapi awal ketahuannya begini, waktu itu aku gak sengaja pulang cepat dari pos jaga. Dan rencananya masih akan pergi lagi nantinya. Kebetulan sepeda motor Honda Astrea Legendaku masuk bengkel, sehingga aku nompang sama tetangga yang kebetulan lewat depan pos.
Kebetulan rumah si tetangga ini duluan dapat baru rumahku. Masih ada jarak sekitar 100 meter lagi dari rumahnya kerumah kami. Aku menolak diantarnya sampai rumah, aku mau jalan kaki aja dari rumahnya kerumahku. Hitung-hitung olahraga bakar kalori, kataku!
Sampai dihalaman rumah, aku lihat pintu rumah kami tertutup. Aku langsung berjalan menuju belakang karna mengira istriku pasti lagi masak didapur. Aku berjalan dari samping kanan, sambil memegangi resleting celana coklatku. Aku menurunkan resleting itu dan berniat hendak pipys karna dari tadi aku udah sesak pipys.
Kukeluarkan batangku dari balik CD warna putih merk Hing's klasik milikku. Belum sempat mengejan pipysku, aku mendengar dengan sangat jelas erangan dan rintihan istriku lagi keenakan dikamar. Aku pun berjalan makin mendekat ke dinding kamar, sampai lupa masukin tytydku kedalam. Aku lepaskan gitu aja tytyd itu dari genggamanku dan aku berjalan tanpa sadar.
Aku pun mendengar dengan jelas suara Bainar yang mendesah-desah dengan suara ngebassnya. Berkali-kali terucap kata-kata sayang dari mulutnya. Desahan Bainar sahut-sahutan dengan rintihan istriku. Suara tempat tidur berderit-derit juga kedengaran sampai keluar. Maklumlah, per tempat tidur kami udah agak rusak sekarang.
Aku pun auto terperanjat mendengar suara yang begitu horor tersebut. Darah ditubuhku serasa tercampak dan tersiram keluar! Udah gak salah lagi, itu pasti Bainar lagi menghantam apem istriku. Astaghfirullahaladzim... Laa ilaha illallah... Aku merasa sangat terpukul begitu tau semua itu! Kurang ajar! Tega benar Bainar melakukan ini! Tapi aku gak bisa sepenuhnya nyalahin dia, istriku juga salah!
Aku yang seorang lelaki tulen dan begitu jantan, gak sadar udah mewek disamping rumah itu, diluar kamar itu! Biasanya aku gak pernah menangis, aku orangnya begitu keras atau cadas! Wajah seramku dengan kumis tebalku yang melengkung, kini terisak-isak dengan dada yang sesak diluar rumah. Sementara dari dalam sana, makin kuat aja suara erangan dan desahan terdengar.
Seluruh tubuhku gemetaran, tulang-tulangku serasa remuk gak berdaya. Aku nyaris ambruk ketanah. Aku sampai gak sanggup berteriak atau memukul dinding dari luar. Tapi apakah kubiarkan aja mereka sampai selesai? Apakah ku dengarin aja desahan mereka terus sampai berhenti sendiri? Oh.. tidaaaaakkkk!!!
"Tok tok tok!"
Dinding pun ku pukul tiga kali.
"Tega kalian ya! Baj1ngan juga kau, Bainar!", teriakku dengan lantang!
Seketika itu erangan dan desahan pun auto berhenti.
"P4nt3klah! Dasar istri l0nt3! N63nt0t aja kerjamu dengan suami orang!", ucapku dengan suara parau.
Mataku asik melihat sekeliling, kalau bisa jangan ada dulu tetangga yang dengar. Karna ini aibku. Kalau bisa cukup aku yang tau, tetangga jangan!
"Buka pintunya! 4nj1n6 kalian berdua!", ucapku.
Akhirnya setelah pintu dibuka, Bainar langsung memelukku dan minta maaf udah mengkhianatiku. Begitu juga istriku langsung bersimpuh menciumi kakiku. Dia ngaku khilaf dan gak sadar melakukannya. Aku gak sanggup marah dan meluapkan emosiku ke Bainar. Aku ingat dia udah berjasa besar dalam hidupku.
Sebenarnya udah mau kurontokkan rahang giginya. Tapi aku ingat rumah ini aja rumahnya. Dan udah banyak bantuan dia ke kami selama ini. Duit yang dikasih tanpa harus dibalikkan udah banyak dikasihnya. Minjamkan duit puluhan juta untuk biaya kedua anakku masuk Polisi juga iya. Aku cuma geleng-geleng kepala aja sambil terisak-isak dengan air mata bercucuran dihadapannya.
"Aku gak nyangka! Benar-benar gak nyangka! Kayak disambar petir rasanya!", ucapku.
"Maafin aku, Bang... Maafin aku. Aku udah salah, Bang!", ucap Bainar.
"Maaafin Mama, Pah... Mama udah berdosa sama Papah...!", ucap istriku.
Sejak itu hubungan kami pun agak retak. Aku udah kecewa sama dia. Akhirnya kupilih untuk jaga jarak aja. Istri yang kujaga-jaga selama ini dan kupercayakan ke dia, ternyata diembatnya juga. Pagar makan tanaman! Parah, sadis benar! Tapi untuk menutupi ke anak-anak, kami tetap bersandiwara pura-pura kayak gak ada masalah.
Aku pun bingung dengan kelanjutan cerita hidupku kedepannya gimana. Selama ini aku udah menggantungkan harapan dan hidupku hanya pada dia. Bahkan aku yang sejak dulu pengen jadi dukun juga berharap bisa diturunkan ilmunya ke aku. Tapi dengan kejadian ini semuanya nampak udah pupus.
Farida, istri Bainar juga tau skandal suaminya dengan istriku. Akhirnya hubungan kekeluargaan kami pun jadi makin renggang. Jujur, beberapa kali aku harus berkata kasar ke Bainar didepan istrinya. Itu wajar aja sih dan manusiawi! Suami mana yang rela istrinya dipake oleh oranglain, sekalipun itu oleh saudaranya sendiri.
Namun begitu lamanya skandal perselingkuhan itu tertutup rapat oleh mereka. Aku benar-benar gak nyangka mereka setega dan sejahad itu! Orang yang kubanggakan, kupuja-puji, dan ku tuhankan, ternyata sanggup berbuat sebejad itu. Dia memakai istriku sekian puluh tahun lamanya baru ketauan.
Setelah kejadian itu, kesehatan Bainar makin memburuk. Dia kini jadi sakit-sakitan. Tubuhnya makin kurus kering dan udah langsung menua dengan cepat. Dua tahun kemudian, Bainar pun meninggal dunia. Beberapa bulan setelah dia meninggal, rumahnya ditarik oleh anak-anaknya. Mereka bilang hak pake rumah itu udah berakhir, kami harus segera angkat kaki dari sana.
Kami pun pontang-panting dan kebingungan mau tinggal dimana. Kami belum punya rumah. Kami sih punya kaplingan tanah, tapi duit gak ada buat bangun rumah disana. Itulah yang bikin kepala pusing! Andai duit udah ada pun, gak mungkin sat set sat set rumah langsung jadi. Butuh juga waktu berbulan-bulan membangunnya. Sementara kami udah didesak segera pindah.
Di usiaku yang jelang pensiun ini, aku gak tau lagi harus nyari uang masuk dimana. Soalnya sewaktu muda dulu pun aku gak pandai juga kayak teman-teman yang lain bisa ngolah ini itu, bisa ngepam diberbagai tempat, bahkan sampai memiliki lahan sawit yang luas. Disitulah kelemahanku yang gak bisa memanfaatkan kepolisianku dalam memiliki aset-aset seperti yang dilakukan teman yang lain.
Selesai
Lanjut dengan judul "AKU GAK DIHARGAI LAGI DIRUMAH"
Komentar
Posting Komentar