GANTIAN PAKE SATU CEUE
Oleh : Ando Lan
Aku temanan dengan Yudi adalah sejak dia gabung di perusahaan tempat aku bekerja. Kami langsung cocok dan akhirnya jadi kompak. Kebetulan kami seumuran. Kami jadi sering barengan ketika diluar jam kerja dan diluar lingkungan kerja.
Kalau makan bareng, kami akan ganti-gantian bayarnya. Gak ada sifat pengen ngakalin diantara kami. Gak ada sifat pengen gak ngeluarin duit diantara kami. Itulah yang membuat kami cocok sahabatan, karna gak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan.
Ketika itu aku masih lajangan, dan Yudi udah nikah. Walau gitu, Yudi masih sering lirik-lirik ceue-ceue cantik. Keliatan emang dari gaya dan cara dia sehari-hari, pasti dia couo straight banget! Dia gak bisa liat ceue cantik, dia pasti godain dan gangguin. Sementara aku yang lajangan aja yang segitunya.
Aku sering merasa malu ke dia dan ke diriku sendiri, kalau kusadari sifatku terhadap ceue. Misalnya ada ceue cantik melintas dihadapan kami, tapi aku malah terkesan cuek dan gak mengalihkan perhatian ke ceue itu. Aku tetap lanjutin pembicaraanku tanpa terpengaruh dengan si ceue.
Sementara Yudi udah dari tadi sibuk merhatiin tuh ceue sampai gak fokus dengan perbincangan kami. Yudi malah gak connect lagi dengan apa yang aku omongin. Begitu dia bilang "cantiknya!", atau "duh, mantapnya nih ceue!", disitulah aku sadar ternyata ada yang bening-bening lewat.
Aku pun akan ikutan menatap si ceue untuk beberapa saat. Aku sengaja meluangkan waktu untuk memandang si ceue agar Yudi gak banyak celoteh tentangku. Aku memandangi si ceue agar aku kelihatan begitu tertarik melihatnya. Aku takut dia menganggapku kurang tertarik dengan ceue.
Tapi yang namanya udah berteman kompak dan sering bareng kemana-mana, akhirnya sifat naturalku pun kebaca juga oleh Yudi. Suatu saat dia pernah bilang, aku kok kayak kurang sor atau kurang tertarik ke ceue-ceue. Duh, kalimat itu yang dari dulu gak kuingin dengar, tapi akhirnya terlontar juga dari mulut Yudi.
Jujur aja aku tuh malu banget tau. Aku cuma ketawa aja menanggapi dia sambil kadang ngucapin kata-kata kotor ke dia. Ya, aku seakan gak terima dia bilang aku begitu. Dan aku seakan bilang penilaian dia salah tentang aku.
Aku gak mau dianggap kurang sor ke ceue, apalagi saat itu dia tau aku gak punya pacar/ceue. Sebagai laki-laki normal, wajar dong aku menjaga reputasiku dihadapan sahabatku. Aku gak mau dia makin ngulang-ngulang ucapannya dihari-hari berikut.
Namun semuanya memang gak bisa dibuat-buat. Walau aku udah janji dalam hati kalau ada ceue cantik lewat aku akan segera respon, namun sering juga aku telat merespon. Ya, emang gak bisa dibuat-buat. Kadang aku sampai merasa dia terlalu jahad ke ceue. Masa' gak bisa santuy kalau liat ceue?! Ingat bini dirumah kek, gumanku dalam hati.
Kok udah punya bini aja masih suka godain ceue diluar sana. Segitunyakah kalau couo normal? Eits, aku juga normal kali! Iya, aku merasa normal juga kok. Lalu, apakah dia udah diatas normal? Jadi kayak lagu Peterpan/Noah, dong!
Yudi sering ajak aku nongkrong ke Pujasera. Disana kami akan pesan beberapa pasang miras. Suasana di pujasera begitu bising dengan dentuman musik karaoke yang kuat, sehingga ngomong harus kuat-kuat biar kedengaran.
Ditengah-tengah suasana remang-remang, lampu kelap-kelip menghiasai segala sudut ruangan, para waitress lalu lalang sibuk layanin tamu. Mereka berpakaian sexi dengan dada menyembul keluar serta rok yang teramat pendek, sehingga paha mulusnya terlihat jelas oleh mata.
Para waitres itu pun tanpa sungkan godain para pengunjung, termasuk kami. Mereka akan duduk disebelah kami sambil nuangin minuman serta nambahin es kristal kedalam gelas. Dan tanpa sungkan dia akan menuang minuman ke gelasnya dan segera diteguk. Kadang sampai 3 orang yang duduk dimeja kami dan bantu ngabisin minuman itu.
"Minum, bang!", ucapnya sambil nuangin ke gelas kami.
Ditariknya sebatang rokok A Mild dari kotaknya yang kami letakin dimeja, lalu dibakar dan diisapnya. Baru berkurang satu teguk dari gelas kami, mereka akan nambahin terus menerus. Begitu juga ke gelasnya, selalu ditambah dan ditanbah sambil terus ngisapin rokok yang tersedia dimeja.
Kalau rokok atau minuman udah nampak mau habis, mereka gak segan-segan jemput rokok dan bawa minuman baru lagi ke meja kami, biar bisa dihabiskan sama-sama dengan mereka.
"Kuambil rokok ya, Bang!", ucapnya.
Kita hanya bisa mengangguk dan dia pun akan gercep menjemputnya.
"Tambah minumannya ya, Bang!", ucapnya lagi.
Kalau kita masih diam kayak mikir gitu, mereka akan bilang sekali lagi.
"Tambahlah, ya Bang!", ucapnya sambil berdiri dari tempat duduknya.
Para waitres itu nampak sangat pede ke pengunjung. Mereka akan nempel terus biar kita senang dan mau godain mereka. Yudi sering bercanda-canda dengan mereka. Yudi gak segan-segan main grepe-grepe bagian-bagian tubuh waitres itu. Entah itu pahanya atau dadanya.
Dibawah meja, tangan Yudi gak pernah diam! Tangannya pasti suka menjalar dan menjelajah ke paha ceue-ceue itu. Bahkan Yudi juga merangkul ceue itu sampai bersandar ke tubuhnya. Para waitres itupun sering merebahkan kepalanya ke pundak Yudi. Tapi aku gak pernah melakukan hal itu.
Gak jarang aku mabuk bir dari pujasera itu. Rasanya sakit banget! Bahkan aku udah sering nyaris masuk got atau nyaris tabrak tiang listrik saking gak bisa lagi mengendalikan diri. Tapi untunglah hal itu gak pernah terjadi. Aku tetap bisa selamat sampai rumah dan jauh dari lakalantas dijalan.
Aku dan Yudi udah sering banget ke Pujasera. Untuk sekedar liat-lihat body sexi atau paha mulus ceue cantik juga udah sesuatu banget buat Yudi. Gak mesti bisa icip-icip udah bikin dia senang, apalagi bisa grepe tipis-tipis. Kadang Yudilah yang traktirin semuanya pokoknya ada temannya kesana biar gak sendirian aja.
Aku sering nyanyi karaokean disana, nyanyinya sambil duduk dimeja masing-masing. Bahkan kalau ada event kayak anniversary, pujasera itu akan mengadakan live music. Kami pun akan joget kedepan ditemani para waitress. Mereka akan joget erotis dengan tubuh saling nempel ke kami.
Bersamaan dengan itu, kami dan teman kerja lain juga sering main ke lokalisasi yang ada dikota kami. Biasanya kami turun kesana ramai-ramai. Kadang dengan atau tanpa Yudi, namun tetaplah ramai-ramai. Disana kami pun akan pesan minuman, lalu akan langsung diapit oleh ceue-ceue pecun itu.
Mereka akan terus merayu agar kita mantap-mantapan dengannya. Semua berlomba menawarkan diri agar kita memilih dia. Jujur aku pusing dengan suasana gemerlapnya tempat prostitusi itu. Ngomong pun harus teriak-teriak sampai suaraku habis, karna musiknya begitu kuat.
Kompleksnya berupa kompleks perumahan dengan rumah nempel berbaris dan bersaf kayak rumah petak panjang dengan beberapa blok. Udah gitu, setiap rumah wajib hidupin musik masing-masing. Manusia pun tumpah ruah disana melebihi suasana pasar pagi. Entah dari mana aja datangnya manusia-manusia ini, gumanku.
Walau sering berkunjung ke tempat p3l4curan, bukan berarti wajib begituan dengan ceue-ceue itu. Karna gak semua yang kesana juga wajib begituan. Ada yang cuma sekedar minum aja sambil ngobrol-ngobrol. Ada sebagian yang duitnya hanya cukup buat minum aja, tapi gak cukup buat ngamar.
Begitu juga dengan kami, gak semua ngamar dengan ceue-ceue pecun itu. Sebagian alasan teman-teman gak ngamar adalah karna gak ada ceue yang sangat disukai, atau ceue langganannya lagu dipake orang. Jadi sampai lebih dari 7 kali aku kesana belum pernah ngamar sama sekali.
Jujur aku gak nyaman ditempat itu! Karna rumah itu terbuat dari papan, jadi dinding sekat ke sebelahnya juga papan. Apalagi rumah itu memiliki kamar sekitar 3 buah. Jadi sekat antara kamar ke kamar aja rendah, gak sampai ke plavon. Ya, gak nyaman aja mantap-mantapan diruangan kayak gitu.
Tapi dari pada gak pernah sama sekali, aku akhirnya pernah juga mantap-mantapan dengan ceue ditempat itu. Itu setelah datang ke sekian kalinya kesana bareng teman. Masa' sih teman aku gak pernah melihat aku main dengan ceue disana. Masa' cuma minum doang jauh-jauh kesana.
Tapi aku memang benaran gak nyaman melakukannya. Walaupun sebenarnya gak ada yang perlu ditakutin. Disana benar-benar aman, gak mungkin ada razia. Tapi suara orang ramai kayak suara lebah, dari kamar sebelah, dari ruang tamu, dari teras, dan jalanan didepan rumah. Belum lagi suara musik yang sahut-sahutan. Aroma body lotion juga semerbak memenuhi ruangan.
Walaupun aku sadar itu tempat prostitusi dan ceue yang kupakai udah ribuan kali dipakai orang, aku gak pakai k0nd0m waktu itu. Entah mengapa bisa begitu. Malas aja! Padahal aku sadar, dalam satu hari ini aja mungkin dia udah main lebih dari 5 kali ke laki-laki yang berbeda. Tapi aku gak mau pakai pengaman.
Memang selama berapa kali pernah ML disana, aku aman-aman aja. Gak pernah kena penyakit kel4min. Walaupun begitu, temanku nyaranin agar ngonsumsi ampicillin dari apotik, obat antibiotik biasa biar antibody tubuh kuat melawan serangan penyakit tertentu.
Setelah nongkrong ke pujasera dan tempat prostitusi, besok-besoknya kami nongkrong ke klub malam atau KTV. Udah ada beberapa pub yang udah kami kunjungi. Klub malam kalangan atas yang berada di gedung mal-mal atau hotel bintang 4 dikota itu. Para pengunjungnya rata-rata pemilik mobil-mobil mevvah.
Walau udah akrab dengan dunia malam, tapi bukan bisa dibilang sering-sering make ceue-ceue begituan. Sekedar pernah nongki sambil nenggak minuman aja di KTV udah berasa keren waktu itu. Tapi punya link ceue-ceue malam emang iya.
Kadang-kadang kalau mau ngeue, kami pergi ke sebuah kompleks perumahan aja. Kebetulan kompleks perumahan itu udah kayak lokalisasi, karna banyak banget ceue malam tinggal disana. Jujur aja rumah kompleks itu kompleks hunian mata cipit, namun banyak disewakan ke ceue-ceue malam.
Di kompleks ini harganya bersahabat dan ramah ke kantong kayak kami ini. Kalau udah jam 7 malam aja, ceue-ceue itu udah duduk diteras bahkan ditepi jalan untuk menjajakan diri. Mereka akan menyapa setiap laki-laki yang melintas dari depannya. Tempat prostitusi terselubung itu memang aman dari yang namanya razia-razia.
Sehabis keluyuran tengah malam, aku sering nompang nginap dirumah Yudi. Kebetulan rumahnya masih ditengah kota, sedangkan tinggalku masih 10 km lagi dari sana. Soalnya sebelumnya waktu siang-siang, aku udah sering kerumah Yudi. Sehingga aku gak segan dan gak canggung lagi ke istrinya. Istri Yudi tuh memang baik ke aku.
Bahkan istri Yudi percaya ke suaminya kalau udah jalan samaku. Istrinya gak lagi curigaan Yudi kemana-mana kalau udah tau dia bareng aku. Jadi kalau misalnya Yudi gak dirumah, istrinya sering nelfon aku nanya Yudi dimana, apa suaminya lagi bareng samaku atau gak.
Jadi kalau aku bilang Yudi lagi samaku, istrinya udah tenang dan gak kuatir lagi. Gak tau kenapa bisa begitu. Apakah wajahku gak ada wajah-wajah penjahat, sehingga mungkin istrinya gak yakin kalau aku bisa nakal diluar sana dengan suaminya.
Selanjutnya, ternyata Yudi sering ngaku jalan samaku ke istrinya kalau mau keluar rumah. Padahal gak tuh! Dia entah kemana dan dengan siapa juga aku gak tau. Tapi dia sering jual-jual namaku ke istrinya biar istrinya gak nyariin dia lagi.
Besok-besoknya, Yudi juga sering nelfon aku kalau dia mau pergi kemana tanpa aku. Dia nyuruh aku ngaku ke istrinya kami lagi jalan bareng, kalau istrinya nelfon aku. Dan itu pun sering terjadi. Ketika Yudi pamit dari istrinya, dia ngaku jalan samaku. Istrinya pun nelfon aku nanya apa benar begitu, aku pun terpaksa boonglah.
Selesai.
Komentar
Posting Komentar