π™Žπ™π˜Όπ™ˆπ™„π™†π™ π™Žπ™€π™‡π˜Όπ™‡π™ π˜½π˜Όπ™’π˜Ό π˜½π™π™Šπ™‰π˜Ώπ™Šπ™‰π™‚π™‰π™”π˜Ό π™†π™€π™π™π™ˆπ˜Όπ™ƒ

Oleh : Ando Lan


Sebut saja namaku Diana, seorang bidan yang bekerja di sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak. Aku nikah dengan Eddy, seorang Guru SMP yang udah PNS.

Jujur aja dari cara pembawaan suamiku sehari-hari, nampak juga kemayunya. Tapi aku gak mau suudzon dengan dia. Menurut aku, gak semua laki-laki kemayu itu hemong. Pasti ada yang pure laki. Itulah harapanku untuk Eddy, suamiku.

Aku pun gak malu lagi dengan cara ngomong suamiku yang begitu nampak aura kewanitaaannya. Di tambah dengan cara jalannya yang ngondek banget. Aku pun mensyukuri semuanya. Inilah jodoh yang di atur oleh yang diatas untukku, pikirku.

Dan dalam menunaikan kewajiban kami sebagai pasangan suami istri, aku gak pernah kecewa dengan suamiku. Hari-hari kami lalui bersama dengan bahagia. Apalagi di awal-awal pernikahan kami, kami tergolong sering melakukan aktifitas suami istri itu.

Aku memuji kemampuan suamiku dalam menerobos goa keper4wananku. Aku pun selalu mendesah ketika dia menghajar lobangku.
Alhamdulillah, kebahagiaan pun makin bertambah ketika aku hamil. Lalu aku pun melahirkan anak pertama kami. Itu suatu berkah yang luar biasa dari olloh yang patut kami syukuri.

Tapi gak usah kita bahas soal puas atau gaknya aku diatas ranjang dengan suamiku. Soalnya menurut penelitian, 90% dari para istri sebenarnya boong kalau ngaku puas dengan suaminya. Jadi tingkat kepuasan itu kembali ke kita masing-masing aja, gimana kita mendefenisikannya.

Kalau kita selalu berpikir positif dan dan gak terlalu pengen yang aneh-aneh, kita akan mencukupkan nikmat yang kita terima.
Soalnya kepuasan itu tergantung di diri kita masing-masing. Gak ada indikator puas itu seperti apa. Setuju ya!

Kita juga gak boleh berimajinasi secara berlebihan dengan aktifitas s3ksual kita. Apalagi harus terbawa-bawa atau membayangkan seperti adegan di film-film dewasa yang bisa kita tonton di situs-situs p0rn0.

Kalau boleh jujur, dalam menunaikan kewajiban suami istri, kami melakukan yang lazim-lazim aja. Palingan ciuman sebentar, itu pun hanya nempelin bibir ke pipi, bukan cip0kan bibir dan lidah. Lalu suamiku mengenyot kedua bukit kembarku, itu pun sebentar aja.

Lalu kami saling grepe alat kel4min. Suamiku mengelus sekedar belahan kerang buluku dan aku coliin batangnya beberapa saat.
Lalu setelah batang suamiku keras, dia mendekatkannya ke selangkanganku.

Aku pun makin melebarkan pahaku dan membukakan bibir anuku dengan jariku. Ku persilakan suamiku memasuki terowongan panjang nan gelap itu. Akhirnya dia pun menerobos masuk tanpa peduli itu gelap, licin, serta lembab.

Begitulah caranya sampai akhirnya suamiku crot di dalam tubuhku. Sehingga sp3rma suamiku bertemu dengan sel telurku dan membuat aku mengandung anak dari hasil dar4h daging kami berdua.

Singkat cerita, aku pun melahirkan. Kami produksi anak sampai 3 orang dan akhirnya mengikuti program KB. Namun bukan berarti kami puasa melakukan ritual di atas ranjang. Kami tetap melakukannya seperti biasa, tapi pakai pengaman atau crot diluar.

---------------------------------------------------------------------

Baiklah, langsung ke judul aja ya...
Jadi setelah anak pertamaku kelas 2 SD, aku udah sering melihat suamiku dekat dengan banyak laki-laki. Biasanya teman-teman suamiku itu usianya berkisar 17 sampai 23 tahunan. Gak jarang suamiku datang kerumah dengan teman-temannya lalu ngopi atau ngeteh diteras atau diruang tamu.

Bukan gak terlintas dibenakku apa jangan-jangan suamiku penyuka sesama. Namun aku gak mau terlalu negative thinking. Dan sesuai harapanku, semoga aja suamiku gak begitu. Meski belakangan aku tau, kata teman-teman aku, rata-rata laki-laki yang agak ngondek itu pasti penyuka sesama juga, meskipun dia nikah dan punya anak. Ya, semoga aja suamiku gak! Amin...!

Sewaktu suamiku bawa temannya kerumah, aku gak selalu ada disamping mereka mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Hanya sebentar-sebentar aja aku menemani mereka duduk. Lalu aku pun kedapur menunaikan tugas dan tanggung jawabku sebagai ibu dan istri dalam mengurus anak-anakku, serta nyuci, gosok, dan masak.

Tapi lambat laun aku makin punya rasa curiga dengan gelagat suamiku. Makin banyak aja teman-temannya brondong-brondong. Padahal usianya makin bertambah, sehingga nampak agak aneh kalau teman kompaknya yang jauh dibawah umurnya.

Suamiku juga sering mengangkat telepon genggamnya secara sembunyi-sembunyi. Bahkan pergi jauh biar aku gak mendengar apa pembicaraannya. Aneh aja sih, ketika misalnya kami lagi duduk disofa lalu tiba-tiba handphonenya berdering, lalu dengan muka kaget dan tegang dia menatap screen hapenya, lalu pergi keluar rumah dan menjauh hingga ke jalanan.

Lama kelamaan aku pun menangkap ada sesuatu yang gak beres di diri suamiku. Karna setiap penelepon itu adalah laki-laki. Dan setiap akj tanya itu siapa, dengan enteng dia menjawab, itu teman aku mah, laki-laki! Bukan perempuan kok. Mama tenang aja, aku gak bakal selingkuh kok! Cuma Mama aja yang ada dihati aku!

Tapi makin kesini, aku makin curiga dengan dia. Aku malah bukan curiga ke perempuan, tapi ke laki-laki. Tapi dengan pedenya dia sangat sering mengulang-ulang ucapan itu ketika aku nanha siapa temannya bicara tadi. Bukan perempuan itu Ma, gak usah kuatir, aku gak punya cewek selingkuhan kok. Teman aku tuh, laki-laki! Gitu kata suamiku.

Lalu setelah anak pertamaku kelas 4 SD, suamiku makin sering bawa brondong kerumah. Memang sih gak ngapa-ngapain, cuma duduk-duduk aja sambil cerita-cerita. Tapi kadang-kadang mereka bicara pelan-pelan dan berbisik-bisik. Selain bawa teman kerumah, suamiku juga sering dijemput teman-temannya. Mereka kadang pergi 1 motor aja, atau masing-masing motor.

Biasanya suamiku bilang mau ngumpul-ngumpul kerumah teman-temannya. Dan biasanya suamiku akan menghabiskan waktu 3-4 jam diluar barulah dia pulang. Jadi sejak lama kebiasaan suamiku adalah keluar bersama teman-temannya. Kadang rame-rame juga yang datang menjemputnya. Sampai 3-4 motor yang datang. Katanya sih ada acara kayak manggang-manggang gitu.

Malam hari juga suamiku sering keluar. Biasanya dia keluar jam 7-8 malam dan pulang jam 01-02 malam. Karna udah biasa aku biarin gitu aja. Karna udah sejak lama suamiku terbiasa keluar malam pulang larut malam. Gak jarang dia pulang diantar oleh teman-temannya sampai di depan rumah, lalu temannya itu pulang langsung putar kepala.

Setelah itu suamiku jadi berani bawa temannya nginap dirumah. Dan mereka akan tidur diruang tamu dengan atau tanpa anak-anakku. Soalnya anak-anakku sering tertidur didepan TV, lalu suamiku akan mengangkat mereka kekamar. Tapi kadang-kafang dibiarin aja tidur disitu sambil ditemanin.

Jadi kalau suamiku bawa temannya tidur dirumah, anakku gak diangkatnya kekamar. Jadi aku pun gak curiga mereka ngapa-ngapain. Meskipun anakku udah tidur pulas, aku yakin suamiku gak mungkin berani berbuat me5um disamping anaknya. Kalau tiba-tiba terbangun gimana coba?!

Tapi aku pernah mendengar kayak suara-suara bergelud diruang tamu. Dan juga suara bisil-bisik. Ketika aku bukakan pintu pura-pura mau kekamar mandi, eh kulihat mereka lagi tertidur. Kadang-kadang kupanggil suamiku, siapa tau masih didengarnya suaraku, tapi dia gak pernah merespon. Aku pun masuk kamar lagi.

Selanjutnya, aku sering mendengar kayak ada aktifitas diruang tamu. Namun setiap aku keluar kamar, mereka tengah tidur, bahkan berselimut. Kadang kuguncang tubuh suamiku sambil memanggilnya namun dia gak merasakan. Setelah kubagusi selimutnya dan selimut anakku, aku pun kembali tidur kekamar.

Hari-hari berikut, aku sering mendengar suara air diguyur dikamar mandi, tapi aku malas keluar kamar. Dan lagi segan rasanya langsung ngikut ke kamar mandi buat mastiin. Siapa tau aja temannya itu yang dikamar mandi. Palingan pipis, pikirku. Soalnya wajar kan orang yang udah tidur tiba-tiba bangun untuk pipis.

Tapi rata-rata setiap bawa temannya nginap, setelah setengah jam mereka tidur dan matiin lampu ruang tamu, pasti terdengar suara air diguyur dikamar mandi. Kok bisa sih selalu setengah jam setelah tidur. Kok gak 2 jam atau 3 jam setelah tidur? Akhirnya aku pun berniat akan segera menyusul ke kamar mandi apabila mendengar suara guyuran air.

Pada suatu malam, ketika terdengar suara guyuran air, aku sat set sat set menyusul kekamar mandi. Baru aja aku didepan pintu tengah mau ke kamar mandi, aku berpapasan dengan Slamet, teman suamiku itu. Lalu aku meneruskan langkahku menuju ke kamar mandi, eh ternyata salah satu ointu kamar mandi masih tertutup dan ada suara guyuran air.

Aku pun memastikan keruang tamu, kuperhatikan kearah mereka meskipun suasana gelap. Gak ada suamiku disana. Hanya ada Slamet dengan anakku. Hatiku curiga, kok barengan mereka ke kamar mandi? Memang gak barengan keluarnya, itulah makanga suamiku gak tau kalau aku tadinya udah sampai didepan pintu kamar mandi.

Jujur aja aku gak pernah membahas itu ke suamiku. Aku bawa diam aja meski hatiku udah punya kecurigaan. Lalu selanjutnya, ketika terdengar suara guyuran air dikamar mandi, aku sat set keluar kamar. Sengaja pintu kamar gak ku kunci lagi guna memudahkanku keluar kamar.

Ku pastikan dulu ke ruang TV siapa aja disana. Astaga... cuma ada anakku disana. Kemana suamiku dengan temannya itu? Oh, berarti mereka barengan di kamar mandi itu ya?! Aku pun sempat melangkah menuju kamar mandi. Awalnya sih aku takut jangan sampai kepergok sama mereka. Soalnya aku masih menyelidiki lebih dalam kagi. Gak langsung pengen memergoki.

Tapi kuberanikan juga melangkah sampai pintu tengah dan berusaha nguping dari sana. Lalu jantungku langsung deg-deg-an ketika kudengar pintu hendak dibukakan. Aku pun auto mundur dan berlari menuju ointu kamarku. Untung aja sih suasana diruang tamu gelap gulita, sehingga aku aman masuk kamar tanpa ketauan.

FYI, ruang keluarga kami atau ruang nonton TV berada agak jauh sejajar garasi mobil. Jadi gak langsung diruang tamu tempat sofa mereka tidur. Sedangkan kamar tidur kami bersebelahan langsung dengan ruang tamu yang ada sofanya.

Besok-besoknya, aku jadi susah tidur. Aku sering keluar kamar ketika misalnya mereka baru aja matikan TV. Aku pengen melihat apa kira-kira yang mereka kakukan begitu hendak tidur. Tapi hasilnga selalu nihil. Setiap aku keluar kamar dan berjalan menuju ruang keluarga, mereka tampak tidur. Ya udah sekanjutnya aku pun fokus mengikuti apabila udah bunyi air aja dikamar mandi.

Baiklah! Suara air pun terdengar. Aku pun segera keluar kamar. Aku udah berada di depan pintu kamar mandi. Eh, jantungku hamoir copot aja. Karna tiba-tiba ointu kamar mandi dibukakan. Aku pun auto mundur keruang tamu dan merapatkab tubuhku ke dinding tepatnya disamping kemari.

Aku pun memperhatikan mereka berdua keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ruang keluarga. Aku pun melipir ke kamarku dsngan sangat hati-hati. Aku gak mau mereka tau aku memperhatikan mereka. Aku masih pengen menyelidiki lebih lanjut. Kalau bisa aku harus bisa memergoki mereka sedang ngapain.

Pernah suatu saat, ketika aku menguntit mereka ke kamar mandi, tapi aku telat! Aku mutar dari pintu kamarku ke ruang keluarga, lalu berjalan melalui meja makan ke kamar mandi. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Keluarlah suamiku duluan. Aku auto menunduk dan masuk ke kolong meja makan. Karna suamiku berjalan dari samping meja itu menuju ruang keluarga. Aku menunggui temannya dulu kekuar kamar mandi barulah aku berani kekuar dari kolong meja.

Setelah aku pastikan mereka berdua udah berbaring, aku pun bergegas ke kamar mandi tempat mereka tadi. Gak kutemukan apa-apa disana. Setelah pipis, aku pun melipir ke kamar tidurku. Kecurigaanku udah makin besar. Namun aku sengaja gak langsung buru-buru mengutarakannya ke suamiku. Aku takut dia marah-marah dan membentakku. Aku tunggu tanggal mainnya aja.

Next, mereka kadang tidur dikamar anakku bareng anakku. Itu kalau misalnya musim hujan, sehingga diruang keluarga cukup dingin.
Jadi suatu pagi ketika mereka tidur dikamar anakku, aku menemukan bedcover lagi tergeletak dilantai. Padahal itu baru aja 3 hari aku taruh ditempat tidur anakku.

Ketika kuperiksa, aku menemukan bercak-bercak berupa bulatan basah. Dan masih bisa terlihat olehku bercak itu berupa cairan yang agak nge-gel. Aku mencoba mencium bercak itu dan ternyata aromanya persis aroma p3juh. Iya, aku gak salah lagi. Kok bisa ya ada p3juh dilapkan kesana. Jadi suamiku ML ya dengan temannya itu disamping anakku? Astaghfirullahaladzim....

Lalu selanjutnya lagi, ketika aku dengar mereka cuci-cuci ke kamar mandi, aku pun membuntuti. Aku telat! Ketika aku masih dipintu tengah, suamiku ternyata udah keluar kamar mandi dan langsunglah kami berpapasan. Begitu tegangnya muka suamiku ketika tiba-tiba aku ada didepannya. Yang dia takuti adalah temannya yang masih berada didalam kamar mandi.

Karna aku melihat jelas pintu itu kembali tertutup, disusul suara air yang diguyur beberapa kali. Tapi aku berusaha menyembunyikan kecurigaanku. Aku langsung masuk ke kamar mandi sebelah. Lalu begitu pintu sebelahku dibuka aku pun mendongakkan kepalaku keluar. Tapi teman suamiku itu gak melihat aku karna berada dibelakangnya.

Mulai saat itu, suamiku jadi jarang atau bahkan hampir gak pernah lagi ngajak temannya nginap dirumah. Namun dia masih rutin keluar malam seperti biasa. Aku gak tau kapan aku bisa memergoki suamiku. Karna aku berpirinsip, apabila aku menangkap basah suamiku ML dengan laki-laki, maka aku gak akan ragu-ragu minta cerai.

Meskipun anak-anak kami udah makin besar aja, tapi kalau sempat suamiku terbukti ML dengan sesama jenis, aku gak bisa menerima itu. Aku gak bisa memaaafkan dan mentolerir itu! Aku akan minta diceraikan! Itu udah jadi tekadku, dan aku akan selalu memegang itu!

Lanjut ke bab berikut dengan judul :

"AKU SENGAJA PULANG KERUMAH PADA SAAT JAM KERJA"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

π™†π™€π™‰π˜Όπ™‹π˜Ό π™‡π™€π™ƒπ™€π™π™‰π™”π˜Ό π˜½π™€π™‚π™„π™π™?

AKU SENGAJA PULANG KERUMAH PADA SAAT JAM KERJA

TERNYATA ISTRIKU SELINGKUH DENGAN BAINAR