π™†π™π™Žπ™π™π™π™ƒ π™ˆπ˜Όπ™‰π™π™π™†π™ π™‰π˜Όπ™‰π˜Όπ™ˆ π˜½π™€π™‰π™„π™ƒ 𝙆𝙀 π™π˜Όπ™ƒπ™„π™ˆ π™„π™Žπ™π™π™„π™†π™

Oleh : Ando Lan

Dari pernikahanku yang pertama, aku cuma dikaruniai anak perempuan. Akhirnya setelah sekian puluh tahun ku bina rumah tanggaku dengan Rohma, aku pun izin menikah lagi dengan perempuan lain.

Mau gak mau, Rohma pun harus mengikhlaskan aku menikah lagi. Dengan catatan aku tetap membiayai hidupnya dan ke enam anak perempuanku.
Statusku bukan cerai dengan Rohma.

Memang prinsip hidupku, aku harus memiliki anak laki-laki sebagai penerus garis keturunanku. Apalagi sebagai seorang Guru Kepala Sekolah, tentu duitku banyak dan bisa kulakukan apapun yang ku mau.

Ketika aku berencana nikah lagi, anak-anakku udah besar-besar. Dan umurku pun makin lanjut. Namun aku masih perkasa kalau soal urusan ranjang.

Akhirnya aku menikahi Siti, seorang gadis dari kampung sebelah. Tapi ternyata Siti juga gak bisa memberiku anak laki-laki. Kucoba terus mencetak anak di rahimnya, namun sampai 5 orang yang terlahir ke dunia ini, semuanya perempuan mulu.

Aku pun sering mabuk-mabukan dan main ceue terus ke Bandar Baru, sebuah lokalisasi legend di daerah Sumatera Utara. Memang udah tabiatku suka main perempuan, bukan karna stress karna gak punya anak laki-laki. Aku cuma bingung gimana ngabisin hartaku sebanyak ini. Ya udah ku foya-foyakan aja dengan miras dan wanita.

Setelah kelima anakku dari istri keduaku pun besar-besar, aku belum bisa menerima pahitnya kenyataan ini. Hidupku masih belum tenang bila belum memiliki keturunan laki-laki. Apapun yang ku kerjakan gak bisa membuat hatiku gembira, karna aku kepikiran terus dengan nasibku yang gak terlalu baik ini.

Jujur sejak lama aku udah berencana menikah lagi untuk kali ketiga. Namun aku belum ketemu jodoh yang tepat buatku. Ada yang ku keker ternyata gak mau samaku. Ada yang mau tapi udah tua. Apa masih bisa beranak?

Sementara aku mau nikah lagi itu biar dapat anak laki-laki. Bukan hanya pengen buang p3juh. Kalau cuma buang p3juh mah, ke bandar baru aja. Ngapain repot-repot mesti menikah.
Harus ku akui, n4fsuku memang sangat tinggi. Namun hal utama yang mendorong aku nimah melulu adalah biar sampai dapat anak laki-laki.

Lalu setelah aku berumur 80 tahun, aku menemukan calon istriku. Dia adalah Citra, seorang gadis muda belia yang baru aja selesai menamatkan pendidikannya dari bangku SMP. Dan orang tuanya gak sanggup menyekolahkan dia lagi ke bangku SMA.

Dia berasal dari background keluarga orang yang sangat susah. Untuk makan aja mereka susah, apalagi untuk sekolah. Pekerjaan Bapaknya hanya sebagai penyadap (nderes) nira dari pohon aren. Itu pun bukan pohon aren mereka sendiri. Dia cuma menyewa batang aren orang lain.

Lalu karna aku sadar aku gak mampu lagi melakukan ritual suami istri dengan istri baruku itu, akhirnya aku pun pinjam bibit dari orang lain. Itu lebih baik dari pada ku paksakan melakukan ritual itu, tapi justru berakibat fatal ke aku.

Jujur aja, aku udah tua renta. Tubuhku udah reyot dan berjalan aja aku udah tertatih-tatih. Dan tytydku pun udah gak bisa ngaceng sama sekali. Trus gimana caranya mindahin p3juhku ke dalam rahim istriku? Ya, gak bisa anjayyy!

Taruhlah misalnya tytydku masih bisa ngaceng. Tapi untuk memasukkan itu tentu butuh tenaga juga. Nah, aku mana punya tenaga lagi sekarang. Itulah makanya aku nyari orang yang tepat yang mau dan bersedia menabur benih di rahim istriku.

Aku pun membujuk salah satu dari mantuku, yaitu suami dari anak perempuanku untuk menebar benihnya ke rahim istriku, yang nota bene adalah Ibu mertuanya itu.

Lalu Arifin pun, mantuku itu langsung mau menuruti permintaan Ayah mertuanya ini untuk merenggut mahkota kegadisan, Citra, istri ketigaku itu. Ku suruhlah Arifin datang kerumah aku agar dia segera bercocok tanam di lahan milik istriku. 

Citra tau semua itu atas izin dan perintah aku, sehingga dia gak berani menolaknya sama sekali. Akhirnya mantuku, Arifin, menelanjangi Ibu mertuanya itu di dalam kamar dan mencicipi apem hangat dan legit milik Citra.

Aku pun menguping dari depan pintu kamar, untuk memastikan apakah acara udah mereka mulai. Namun kurang bisa di tangkap oleh telinga tuaku ini. Apalagi karna semua dinding kamarku udah tembok, dan pintunya juga dari kayu yang mahal. Dan sepertinya mereka berusaha pelan-pelan agar suaranya gak tembus keluar.

Bukan apa-apa sih, aku menguping bukan karna apa. Tapi untuk meyakinkan hatiku aja, bahwa mereka udah bekerja sesuai arahan. Lalu tiba-tiba aku kaget dengan teriakan istriku yang pecah di tengah keheningan. Ajib! Berarti batang Mantuku udah membobol terowongan sempit milik istriku.

Aku pun senang membayangkan bahwa gak lama lagi istriku akan melahirkan. Ya olloh... Semoga aja yang lahir itu laki-laki! Jangan petempuan lagi ya olloh, hamba bermohon!, gumanku terus dalam hati.

Pasti Arifin udah senang banget. Karna dua kali dia mecahin per4wan di tengah-tengah keluargaku. Yang pertama punya anak perempuanku, dan yang kedua punya istriku, mertuanya sendiri.

Arifin tampak sangat semangat ketika hendak memulai ritual wajib dan sakral itu. Senjata pamungkas milik mantuku itu pun di hujamkan secara membabi buta ke goa kewanitaan istriku.

Lalu sambil menangis menahan rasa sakit, istriku pun memasrahkan lobangnya di hajar oleh Arifin.
Alhasil selaput dara itu pun koyak dan berdarah.

Lalu tepat 9 bulan kemudian, Citra, istriku pun melahirkan. Alhamdulillah, akhirnya yang ku cari-cari pun ketemu. Lahir anak laki-laki dari rahim istriku. Akhirnya aku pun bisa kembali tidur nyenyak, setelah anak penerus namaku hadir di dunia ini.

Kini di usia 81 tahun aku dapet debay yang imut dan gemesin. Akhirnya ada generasi penerusku yang punya hak sebagai pewaris harta gono giniku. Karna menurut aku kalau perempuan itu bukanlah anak. No debat ya! Yang jelas itulah menurut pandangan aku. 





Tamat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

π™†π™€π™‰π˜Όπ™‹π˜Ό π™‡π™€π™ƒπ™€π™π™‰π™”π˜Ό π˜½π™€π™‚π™„π™π™?

AKU SENGAJA PULANG KERUMAH PADA SAAT JAM KERJA

TERNYATA ISTRIKU SELINGKUH DENGAN BAINAR