DENGAN DIREKTUR PERKEBUNAN
Oleh : Ando Lan
Lanjutan dari judul "ISTRIKU SELINGKUH DENGAN GADUN TAJIR."
Setelah mengaku jenuh dirumah aja, Ria, istriku menyampaikan keinginannya mau kembali bekerja lagi. Disamping untuk menghilangkan rasa jenuhnya, sekalian dapat duit tambahan. Jadi gak cuma mengharapkan gajiku aja. Aku pun gak bisa menghalangi niat istriku ini.
Istriku pun bekerja disebuah PKS (Pabrik Kelapa Sawit) yang jaraknya gak terlalu jauh dari kediaman kami. Dia jujur mengatakan dimasukkan oleh Pak Arifin kesana. Soalnya kalau gak ada orang dalam, begitu susahnya untuk masuk ke perusahaan itu. Dan istriku ditempatkan dibagian kepala produksi. Pak Arifin sendiri merupakan Direktur di perusahaan itu.
Istriku dapat jatah mess dikomplek housing pabrik itu. Tapi karna kami udah bangun rumah sendiri, kami gak menempati mess itu. Nah, mess itulah yang jadi saksi bisu perselingkuhan istriku dengan Pak Arifin. Mereka selalu melakukan perbuatan tak senonoh didalam mess itu.
Menurut laporan orang-orang, istriku kerap masuk mess dengan Pak Arifin. Mereka akan menghabiskan waktu sekitar 1 sampai 2 jam didalam sana. Dan didalam seminggu, bisa sampai dua kali mereka masuk kedalam mess itu. Aku gak kaget lagi dengan semua itu. Karna aku udah tau perangai istriku itu seperti apa.
Gaji istriku juga lumayan besar, yang pasti lebih besar dari gajiku. Namun dia gak pernah menganggap sepele ke aku mentang-mentang gajinya lebih besar. Dia selalu menjaga sikap dan perilaku dihadapanku. Dalam sehari-hari dirumah, dia akan menjadi istri yang baik, yang perhatian, dan sigap menyediakan kebutuhanku dirumah, dan yang selalu mengurus anak-anak.
Aku pun jadi seperti suami bodoh yang gak tau dibodohkan oleh apa. Jelas-jelas aku udah tau perselingkuhan istriku, namun bibirku gak pernah berani membahasnya ke dia. Istriku pun seperti gak punya beban apa-apa ketika berbuat itu dibelakangku. Karna menurutnya aku sama sekali gak tau apa-apa soal perselingkuhannya.
Setelah mengenal Pak Arifin, hidangan masakan dirumah kami makin lezat aja. Kepiting dan lobster sering terhidang diatas meja makan. Pakaian kami pun udah branded semua dari Matahari. Istriku sering mengungkapkan rasa syukurnya setelah bekerja di PKS itu. Namun aku gak bisa sepenuhnya bersyukur, sebab aku tau cuan yang dia terima bukanlah murni dari hasil keringatnya diruangan kerja, melainkan hasil keringat diatas kasur mess juga.
Salah seorang karyawan yang bekerja ditempat istriku, Pak Masri, yang cukup kompak denganku, mengaku udah pernah mengintip kedalam mess istriku ketika Pak Arifin ada didalam. Dia cuma ingin memastikan apa sebenarnya yang mereka lakukan disana. Menurutnya gak elok menuduh yang macam-macam sebelum ada bukti yang akurat.
"Maaf ya Pak.. jujur aku udah pernah ngintip istri Bapak pas lagi ada Bos didalam. Maaf nih Pak! Bukan maksud apa-apa. Aku cuma pengen tau aja mereka itu ngapain.", demikian ucapnya.
"Iya, Pak. Aku paham! Gak papa, kok!", ucapku.
"Gak baik kita suudzon ke orang padahal mereka belum tentu gitu. Itu makanya kupastikan aja!", tambahnya.
"Iya, Pak. Paham!", ucapku.
"Jadi gak enak nih sama Bapak. Hehe.", ucapnya.
"Gak papa, Pak. Lanjut aja!", ucapku.
"Ternyata mereka beneran gituan, Pak. Asli gituan!", ucapnya.
"Bapak liat dari mana emangnya?", tanyaku.
"Aku manjat ke atas plafon, Pak! Pake tangga!", ucapnya.
Aku pun gak bisa melanjutkan kata-kataku. Aku cuma bisa diam menunggu kelanjutan pembicaraannya.
"Kalau Bapak mau bukti, Bapak datang aja kerumah pas mereka didalam. Biar Bapak liat sendiri dari plafon.", ucapnya.
Sempat terdiam karna merasa gak tau harus jawab apa, akhirnya aku pun mengiyakan tawaran itu. Kami pun sepakat! Nanti kalau mereka masuk ke mess, Pak Masri akan menelfonku supaya aku segera merapat kesana.
Suatu saat ketika aku di telfon oleh Pak Masri, kebetulan aku off day. Biasanya aku dirumah aja ngerjakan sesuatu, entah itu nukang-nukang ataupun pretelin sepeda motor Honda Astrea Grand yang ku koleksi. Tapi saat itu aku gercep merapat ke komplek PKS dan masuk ke kompleks housingnya. Tentu karna aku udah bekerja sama dengan Danru Security yang jaga portal dan juga beberapa orang yang tinggal di mess itu.
Jujur aja, di lingkungan mess istriku itu, udah rahasia umum soal perselingkuhan mereka. Tapi semuanya memilih pura-pura gak tau aja, sehingga baik istriku maupun Pak Arifin gak pernah merasa dicurigai. Semua yang tinggal disana benar-benar cuek dan gak mau usil apalagi jail. Alhasil mereka berdua pun gak pernah merasa harus malu melihat orang-orang.
Pak Masri selaku penyampai info, sekaligus penghuni mess yang couple dengan mess istriku, sat set sat set menaruh tangga yang terbuat dari baja ringan didalam kamarnya, dan mempersilakan aku naik dan mengintip istriku disebelah. Aku pun segera menaiki tangga lalu dengan perlahan naik keatas kayu balok dan kuda-kuda yang merupakan rangka plafon ruangan itu.
Dari atas plafon itu aku pun bisa melihat aksi Pak Arifin dengan istriku dibawah sana. Mereka melakukan hubungan layaknya suami istri. Ketika pertama kali aku berhasil mengintip kebawah, waktu itu istriku lagi digoyang dari atas. Terdengar tempat tidur berderit-derit dibarengi suara desahan dari mulut mereka berdua. Bibir mereka juga nampak lumat-lumatan dengan ganasnya.
Tubuh istriku pun dibolak balik bagai boneka s3ks oleh Pak Arifin. Pak Arifin yang saat itu udah berumur 55 tahun dengan lumayan banyak uban dikepalanya, terlihat masih sangat gesit menggenjot lobang istriku. Kulihat batang kemaluan Pak Arifin juga masih sangat keras tegangnya, didukung pula dengan ukurannya yang lumayan, membuat dia terlihat sangat agresif dikasur.
Istriku pun terlihat sangat manja ketika lobangnya diporak-porandakan senjata milik atasannya itu. Istriku nampak binal dengan gerakan-gerakan liarnya mengapit batang kemaluan Pak Arifin. Anehnya, aku malah ikut ngaceng menonton aksi mereka dari atas plafon itu. Beda dengan ketika kupergoki dengan Pak Sukri dulu dikantin.
Entah apa yang membuatku ngaceng. Padahal pemeran wanitanya adalah istriku sendiri. Barang istriku udah sangat biasa dan sering kulihat dan kunikmati. Mengapa ketika memergokinya yang sedang selingkuh dengan oranglain, sijoniku kok malah bangun. Aku kan lagi berduka sebenarnya. Tontonan yang kutonton kan sebenarnya tontonan mengerikan. Aneh aja sih, sijoniku ini gak bisa diajak kompromi dan gak bisa memahami kondisi hatiku yang gundah gulana.
Aku pun turun dari atas plafon tentu dengan memasang wajah lesu campur sedih agar Pak Masri melihat kondisiku yang lagi berduka. Aku pun berkali-kali geleng-geleng kepala dan menepuk dinding tembok.
"Ckckck...!"
Hanya itu yang keluar dari mulutku.
Pak Masri menepuk pundakku seraya merangkulku dari samping.
"Sabar ya, Pak!", ucapnya.
Bu Anita, istri Pak Masri juga ikut memasang wajah sedih dan turut merasakan apa yang kurasakan.
"Maaf ya, Pak. Aku memang udah pernah mengintip mereka keatas sana. Makanya aku langsung telfon Bapak. Karna ini bukan cuma praduga aja lagi, tapi udah kusaksikan sendiri.", ungkap Pak Masri.
"Gak papa, Pak!", ucapku simpel.
Tapi setelah pulang dari sana aku jadi bingung sendiri mau menentukan sikap. Karna bagaimana pun Pak Masri dan yang lainnya pasti memasang telinga mendengar kabar selanjutnya dari aku. Apakah itu issue cerai dengan istriku, atau kabar pertengkaran kami setelah aku melihat sendiri perbuatannya dengan atasannya itu.
Namun aku langsung punya ide. Aku berniat kedepannya akan ngasih tau ke mereka bahwa kami udah ribut ke ribut aja dirumah. Kan mereka gak tau juga tuh, soalnya tinggal kami jauh diluar sana. Mereka gak perlu tau, sejak lama aku udah pasrah dan menyerah dengan kelakuan istriku. Bahkan aku udah seperti merelakannya meski hatiku gak sepenuhnya mengikhlaskannya berbuat m3sum dengan gadun-gadun tajir.
Baik Pak Masri maupun yang lainnya gak perlu tau kalau aku udah seperti pura-pura gak tau dengan kelakuan istriku. Namun aku harus menerima tawaran mereka untuk mengintip langsung perbuatan istriku dari atas plafon rumah mereka, biar kesannya aku masih sangat kaget dan peduli dengan istriku. Kalau bukan karna itu, gak penting juga aku harus mengintip istriku dari atas plafon mereka.
Tanpa mereka tau, dirumah aku gak pernah membahas soal itu ke istriku. Karna aku menghindari keributan dan pertengkaran. Jadi segala kelakuan istriku diluar sana gak pernah ku urusi lagi. Mungkin kalian akan mengatakan aku bodoh, aku akan menerima itu! Kalian gak pernah berada diposisiku. Kalian gak akan pernah merasakan jadi aku sebentar aja.
Selesai
Komentar
Posting Komentar