πππππππ ππππΌπ ππππππππππ π½ππππΏπππ
Oleh : Ando Lan
Setelah umur pernikahan kami 18 tahun, aku mulai melihat keanehan di diri istriku. Belakangan aku mulai mengendus kegemaran barunya, yaitu bermain brondong. Padahal aku masih memberinya nafkah bathin, namun aku gak tau apa dia gak pernah puas.
Jujur, setelah umurku menginjak 46 tahun, ritual wajib suami istri udah jarang kami lakukan. Bisa dibilang hanya sebulan sekali, bahkan pernah tiga bulan sekali. Tapi istriku gak pernah ngambek atau pun protes. Aku mengira dia gak terlalu mempersoalkan keadaan itu.
Dan kalau boleh cerita, di usia saat ini gairahku udah semakin berkurang. Mungkin karna kecapekan setiap harinya kerja banting tulang cari nafkah. Kondisi fisikku memang masih fit dan gak mengidap sesuatu penyakit. Aku memiliki badan yang gempal tapi perutku gak buncit.
Aku seorang pekebun sayur mayur dikota. Lahan yang kugarap lumayan luas, meski itu bukan semuanya tanah pribadiku. Aku nyewa tanah orang buat nanam berbagai jenis sayur mayur seperti selada, kemangi, bayam hijau, bawam merah, kangkung darat, kacang panjang, dll. Dan istriku seorang pedagang sayur dipasar pagi atau pasar tradisional.
Tiap jam 4 subuh aku harus nemani dia belanja barang yang mau dia jual kepasar, setelah itu aku akan sibuk ngurus ladang. Ketika jam 1 siang kujemput dia pulang dari pasar. Kehidupan kami lumayan bagus karna dagangan istriku laris manis. Kami udah punya banyak langganan, yaitu para pemilik usaha warung makan atau restoran.
Istriku seorang yang suka ngomong blak-blakan dan bergurau dengan kata-kata yang tabu. Dia suka ngucapin hal-hal yang berbau p0rno dan jorok. Dia juga suka godain anak-anak muda pekerja warung-warung makan yang jemput barang pesanannya ke lapak istriku. Karna itu para pemuda itu pun jadi lebih berani bergurau sambil grepe dia.
Istriku orangnya mudah bergaul dengan siapa aja, apalagi para langganannya. Mereka sering cubit-cubitan sambil terbahak-bahak. Bahkan sering bercanda seputar alat kel4min fan s3ks. Itulah pemandangan sehari-hari dipasar itu. Suasananya jadi rame banget kalau mereka udah ketemu.
Awalnya aku mengira istriku hanya porn0 waktu bicara aja. Karna ada juga yang begitu, kalau ngomong udah kayak pemain aja asal njeplak. Tapi perilaku sesungguhnya gak gitu, melainkan tetap sopan dan menjaga diri. Ngomong boleh liar tapi perbuatan gak. Tapi istriku ternyata pemain juga. Dia emang kegatalan ke brondong-brondong itu.
Lambat laun aku jadi tau kalau istriku ternyata suka main sama brondong. Asal ganteng sedikit aja pasti dia akan cobain. Rata-rata brondongnya berpostur tinggi kurus, gak ada yang 165 cm kayak aku. Seperti contohnya Agus, karyawan sebuah ayam pecel lele yang tiap pagi wajib jemput pesanannya.
Selain itu ada Tukiman, karyawan bakmi dan nasi goreng. Begitu juga Narko, seorang karyawan ayam penyet yang bertugas jemput pesanan tiap pagi. Lalu ada Tugino, pemilik warung jus. Hartono, Deddy, sama-sama karyawan ayam geprek dan mie pedas. Istriku bisa ML berkali-kali ke satu orang kalau dia benar-benar menyukainya. Tapi ada juga yang cuma sekali pakai oleh istriku.
Brondong silih berganti dicobainya dan dia gak pernah kehabisan stok. Ternyata istriku emang nyari yang gede panjang. Maklumlah punyaku cuma 10 cm aja ngacengnya. Sementara punya brondong-brondong itu 10 cm masih mati. Kalau hidup ada yang sampai mencapai 20 cm.
Selain nyari yang ukuran jumbo, ternyata isteiku nyari yang kuat dan tahan lama. Soalnya aku paling kuat 10 menit udah crot. Atau paling lama 1t menitlah sama foreplay. Tapi kayak kubilang tadi, istriku gak pernah ngeluh makanya aku santuy aja. Ternyata dia nyari kepuasan dengan para brondong.
Semua brondong yang pakai istriku itu selalu dikasih duit, makanya semua pada mau. Istriku memang royal ke brondongnya, semua demi kesenangan dia. Apalagi penghasilan istriku udah lumayan gede, sehingga dia gak mikir ngasih duit. Brondong itu pun pada baik ke dia, soalnya udah dapat enak, dapat duit lagi.
Memang asal kuajak melakukan ritual suami istri, istriku gak pernah keberatan atau nolak. Makanya kami gak pernah berantam karna masalah yang satu itu. Dan satu hal yang penting, istriku masih mau ngajak aku begituan. Kalau dia udah naruh kakinya keatas kakiku, berarti itu tanda-tanda minta.
Jujur aja, meskipun kami nampak kompak sebagai pasutri, namun istriku gak pernah blak-blakan kalau soal minta jatah. Dia selalu pake kode yang aku sendiri harus peka dan harus menghafal kode itu. Tapi kalau aku sih, langsung kubilang aja dengan kata-kata, bukan pake isyarat.
Jadi meskipun cuma berduaan dikamar, dia gak pernah ngomong langsung. Apalagi kami gak pernah sejarahnya hidupin lampu ketika tidur. Begitu masuk kamar dan nutup pintu, lampu auto dimatikan. Udah biasa aja tidur gelap-gelapan. Kalau hidup lampu malah gak bisa tidur.
Jadi kalau udah ambil jarak dan posisi masing-masing diatas kasur, lalu tiba-tiba kakinya diangkat dan ditimpakan ke aku, itu tandanya minta jatah. Kaki itu kadang menimpa tulang kering kakiku atau pahaku, tergabtung seberapa tinggi dia melipatnya.
Aku pun auto meraba kearahnya, entah tepat meremas payud4ranya ataupun selangkangannya. Lalu kami sama-sama melepas baju masing-masing didalam kegelapan. Begitulah caranya kalau dia minta jatah. Beda dengan aku yang langsung ngomong sambil grepe bagian sensitifnya.
Dalam melakukan ritual suami istri, gak pernah sejarahnya istriku memblow job punyaku. Dan aku memang gak permah memintanya. Begitu juga sebaliknya, aku gak pernah merimming apemnya, dan dia juga gak pernah memintanya. Kami cuma rangkulan, grepean, ngaceng punyaku langsung tancap.
Ketika istriku ML dengan brondong-brondongnya, dia juga gak melakukan yang aneh-aneh. Dia cuma memberikan apemnya seperti halnya ke aku. Bedanya dengan para brondong, istriku bisa mendesah dan mengerang sepanjang waktu. Bahkan sampai kejang-kejang sambil menggelepar.
Ketika istriku antar jemput anak-anak kami sekolah dan les, dia juga sering dapat brondong. Entah itu abang si siswa yang ngantar adiknya, saudara sepupu si siswa, tukang jus samping sekolah, tukang es dawet depan sekolah, karyawan alfamart, tukang cuci piring rumah makan ampera, karyawan penjual kebab, dan lain-lain.
Bahkan ketika nyervis gadgetnya ke toko ponsel disebuah plaza, istriku bisa dapatin karyawan tokonya. Jangankan itu, ketika ngisi pulsa di counter pulsa pinggir jalan aja, dia bisa dapatin si brondong. Yang lebih gilanya lagi, akhir-akhir ini istriku tukang rayu brondong pejalan kaki. Dia pantang melihat ada brondong jalan kaki, auto dihampiri dan disapanya.
Istriku akan nanya-nanya dulu hal yang wajar-wajar seperti dari mana dan hendak kemana. Lalu nanya dimana tinggal, dsb. Istriku gak takut nawarin agar si brondong nompang aja ke motornya. Lalu sambil jalan, dia akan ngungkapin isi hatinya. Ya, dia akan bilang suka dengan si brondong dan pengen ML. Gak lupa dia langsung tawarin kasih sejumlah duit.
Kalau si brondong agak-agak payah diajak, istriku akan mati-matian membujuk dan gak segan-segan mau nambahi duit dari yang udah dia bilang sebelumnya. Para mahasiswa yang jalan kaki dari kostnya ke kampus jadi sasaran empuk istriku. Pokoknya kalau dia melihat ada brondong jalan kaki sendirian, dia akan berhenti dan modusin.
Bahkan penjual kerupuk keliling yang bawa tumpukan besar kerupuk dan berkeliling kota menjajakan kerupuknya, sering diajak isteiku ML. Udah gak terhitung berapa orang penjaja kerupuk yang berhasil didapatnya. Nampaknya istriku lebih mengincar kalangan bawah biar cepat mau dengan iming-iming duit.
Istriku pernah dirayu oleh seorang mantan guru disekolah anakku, yang baru 2 tahun pensiun. Gurunya putih bersih dengan kumis tebal yang udah agak memutih. Rambut si guru juga udah banyak ubannya, namun bicara masih tegas dan jalan masih tegap. Tapi istriku nolak mentah-mentah karna mungkin gak selera.
Padahal mungkin si mantan guru bakal mau ngasih duit ke istriku. Namun memang istriku bukan nyari duit, sebab duitnya banyak juga. Dia malah rela ngasih duit ke para brondong asalkan dia bisa dipuaskan berjam-jam diatas tempat tidur. Istriku pengen digoyang aja berlama-lama sambil terus mengerang nikmat.
Begitu tau tabiat istriku, aku pun memilih pura-pura gak tau aja. Aku gak mau merusak kesenangan dia. Karna meskipun dia sering ML dengan brondongnya, dia gak pernah mencuekiku. Dan dia juga belum pernah menolak ajakanku ML. Dan dia selalu telaten mengurus anak dan rumah tangga kami.
Seandainya aku pun selingkuh dengan wanita lain pasti bisa. Karna istriku juga udah sibuk dengan brondongnya, jadi waktunya gak cukup buat ngawasi aku. Namun permasalahannya, bukan tentang bisa atau gak bisa, namun antara mau atau gak mau. Aku pilih gak mau aja kalau untuk selingkuh.
Satu apem seumur hidup udah cukup buatku. Aku gak perlu icip-icip apem yang lain lagi. Meskipun gadis muda belia atau perawan, aku gak minat lagi mau icip-icipnya. Sebanyak apa sih apem itu harus dicicipi? Satu aja cukup bagiku untuk selamanya. Aku memang tipikal laki-laki atau suami setia! Ya, aku setia!!!
Selesai
Komentar
Posting Komentar