π˜Όπ™†π™ π™Žπ™€π™‡π™„π™‰π™‚π™†π™π™ƒ π˜Ώπ™€π™ˆπ™„ π˜Ώπ˜Όπ™‹π˜Όπ™ π˜Όπ™‰π˜Όπ™†

Oleh : Ando Lan


Namaku Citra, umurku sekarang 35 tahun. Aku udah nikah dengan seorang pria baik-baik, yang umurnya 2 tahun diatasku. Umur pernikahan kami sendiri udah jalan 9 tahun.

Awalnya kami tinggal di kota besar, yaitu di Ibukota negeri kita tercinta ini. Tapi berapa kali kami memeriksakan kandungan ke Dokter, namun hasilnya selalu nihil. Artinya belum pernah ada embrio atau janin yang dibuahi di rahimku.

Lebih lanjut lagi aku dan suami sepakat memeriksa apa yang menjadi kendala bagi kami. Ternyata benih dari suamikulah yang gak bagus atau terlalu lemah, sehingga gak bisa dibuahi oleh sel telurku.

FYI, tytyd suamiku gede dan n4fsunya juga gede. Setiap melakukan ritual, dia selalu semangat dan agresif menggerayangi tubuhku. Selain netek bukit kembarku, dia paling doyan ngerimming labu siamku. Suamiku juga sangat perkasa di ranjang alias tahan lama.

Bayanginlah, setiap melakukan ritual akulah yang duluan mencapai orgasme. Sementara dia masih lama crotnya. Aku selalu dibuat kejang-kejang dan nyaris pingsan setiap melakukan ritual wajib itu.

Jujur aku sangat mengagumi keperkasaan suamiku diranjang. Namun ternyata benih sp3rmanya lemah, berbanding terbalik dengan batang dan staminanya. Inilah yang membuatku bingung! Kalau kepuasan sih aku dapatin dari dia. Namun momongan kapan? Gimana caranya?

Dan yang namanya hidup dikota besar tentu di kelilingi dengan gemerlapnya dunia. Aku pun pandai-pandai di belakang suamiku untuk nyari benih dari lelaki lain. Aku pun dekatin salah seorang kenalanku, namanya Faiz. Aku pun ngajak Faiz melakukan hubungan s3ksual.

Sebagai lelaki normal, tentu Faiz pun gercep. Kami pun ML di kamar hotel. Apa yang dilakukan Faiz sebelas dua belas dengan yang di lakukan suamiku. Faiz jago ngerimming, dan ngefuck labu siamku.

Tekhnik yang di mainkan Faiz juga diatas rata-rata. Dia sangat pro dalam memberikan kepuasan bagiku. Kalau ukuran sosisnya sih lebih kecil dari punya suamiku. Namun aku tetap bisa terpuaskannya.

"Aku pengen dapet anak dari kamu!", ucapku ketika batangnya di celupin ke lobangku.

Ternyata Faiz kuat banget. Karna udah satu jam kami melakukan ritual itu, tapi katanya dia masih lama crotnya. Aku pun udah menanti-nanti ketika p3juh Faiz menyembur ke dalam lobangku. Karna itulah sebenarnya tujuan aku, biar beranak!

Setiap per sepuluh menit Faiz akan nyabut batangnya lalu ganti posisi. Badanku pun di bolak balik terus sama dia. Aku pun sampai kewalahan. Heran aja, kok dia juga gak capek-capek ya menggenjot lobangku.

Singkat cerita, Faiz pun kasih aba-aba dia mau crot. Aku pun meresapi detik-detik di taburnya benih itu di rahimku.
Ku rangkul pundak Faiz dengan erat lalu kami c1pokan.

"Ooohhh.... aaahhh...!"

Faiz pun makin menancapkan batangnya kuat-kuat. Lalu di tahannya di dalam. Aku pun merasakan kontraksi pada otot-otot kem4luanku. Kami tetap saling merangkul sambil meredakan deru nafas kami. Setelah nafas kami kembali tenang, Faiz nyabut batangnya.

Ada lima kali aku melakukan itu dengan Faiz. Tapi setiap pertemuan cuma bisa satu ronde aja. Soalnya kami gak bisa lama-lama diluar. Kami udah sama-sama berumah tangga. Ada suamiku yang ku tinggalin di rumah, dan ada istri Faiz yang dia tinggalin di rumah.

Lalu aku pun akhirnya hamil juga. Aku pun ngasih tau itu ke suamiku dengan perasaan yang sangat gembira. Suamiku juga gembira, namun sepertinya dia bertanya-tanya dalam hatinya, kok bisa aku hamil. Padahal udah jelas kami periksa, sp3rmanya gak bagus dan gak bisa membuahi.

Namun, selama aku mengandung, suamiku gak pernah nanya yang aneh-aneh soal kandungan itu. Sampai pada saat aku mau melahirkan, suamiku merawatku dengan baik dan selalu memberikan perhatian. Lalu anakku pum lahir kedunia ini. Seorang anak bayi laki-laki yang membanggakan hatiku sebagai Ibu.

Tapi baru 6 bulan umur anakku, kami terpaksa harus pulang kampung ke kampungnya suamiku. Karna bapack suamiku, mertuaku laki-laki sakit parah. Akhirnya mereka menyuruh kami pulang aja biar ada yang merawat mertuaku. Berhubung pekerjaan suamiku juga bukanlah pekerjaan mapan, melainkan hanya sebagai SPB (Sales Promotion Boy) disalah satu showroom yang menjual alat-alat kesehatan disebuah Mal. Dan aku sendiri adalah seorang cashier di Matahari Dept. Store di Mal yang sama.

Akhirnya aku pun harus beradaptasi dengan kondisi kehidupan dikampung. Aku gak bisa lagi merasakan seperti yang kurasakan dikota dulu. Orang-orang yang kukenal dulu kini udah gak pernah ketemu denganku. Begitu juga dengan Faiz, aku gak bisa lagi minta dibuahi untuk kali kedua. Aku pun mulai bingung, siapa yang bakal kusuruh membuahi rahimku lagi? Gak mungkin aku cuma punya anak satu! Aku masih pengen anakku punya adik!

Tapi ternyata pertanyaan itu terjawab juga seiring berjalannya waktu. Aku akhirnya bisa menghompaki salah seorang warga desa tempat kami tinggal. Namanya Agus! Seorang pria beristri yang tinggalnya hanya berjarak 250 meter dari rumah kami. Dia masih dibawah umurku, dan yang pasti juga masih dibawah umur suamiku. Aku pun merayunya agar mau melakukannya denganku.

Agus juga langsung paham apa maksudku. Sebagai pria normal, dia pun gak pake nolak mau berhubungan badan dengan aku yang masih tergolong muda ini. Akhirnya kami pun curi-curi kesempatan buat berduaan. Awalnya aku sempat gak ngasih tau Agus bahwa tujuanku sebenarnya biar hamil. Aku sempat merahasiakan penyakit suamiku ke dia.

Namun karna Agus kuliat kurang gercep meresponku, akhirnya aku jujur aja sejujur-jujurnya. Aku gak mau Agus hanya menganggapku sebagai wanita gatal ke suami orang, dan yang gak bisa setia sama suami sendiri. Alhamdulillah, Agus langsung paham dan segera memberikan bantuannya ke aku. Agus benar-benar ihklas menolong aku.

Ketika suamiku asik bekerja diluar, aku sering mengajak Agus masuk kerumah. Dan kami pun melakukan hubungan layaknya suami istri. Sebagai pria yang masih muda, Agus sangat berstamina. Dia begitu lihai dalam menggenjot lobang kewanitaanku. Aku pun sangat-sangat menikmati terjangan dan hentakan senjata Agus dilobang milikku.

Tapi skandal kami sepertinya udah terendus oleh suamiku. Dan gossip tentang kedekatanku dengan Agus juga udah tersiar disekitar tinggal kami. Banyak gossip yang beredar mengatakan sering melihat Agus keluar masuk rumahku ketika suamiku gak ada dirumah. Akhirnya telinga suamiku pun panas mendengar isu-isu itu. Dia pun nanya aku dan minta klarifikasi dariku. Lalu dengan tegas aku ngeles soal kebenaran isssue itu. Aku bilang itu hanya hoax dan fitnah keji.

Aku meyakinkan suamiku bahwa aku gak mungkin selingkuh di belakangnya. Aku bilang aku sangat cinta dan sayang ke suamiku. Aku gak akan sanggup melakukan hal yang gak terpuji dan mengkhianati suamiku tercinta. Tapi boong! Ya, gak mungkinlah aku ngaku selingkuh, iya gak sih? Gimana pun aku harus pintar-pintat menyembunyikan skandalku dengan Agus dari suamiku.

Tapi makin hari suamiku makin curiga aja ke aku. Kami jadi sering berantam dan adu mulut soal itu. Aku kesal dan marah serta nangis air mata buaya dihadapan suamiku. Aku gak ingin dia curigaan terus ke aku. Yang kulakukan adalah agar anakku punya adik, agar kami punya anak kedua. Gak lebih dari itu!

Tapi kabar miring soal seringnya Agus keluar masuk rumahku makin rame aja. Banyak saksi mata yang membisikkan ke suamiku. Akhirnya suamiku pun berniat mengintaiku dan menangkap basahku dengan Agus. Lalu apesnya suatu ketika, disaat aku tengah asik mantap-mantapan dengan Agus, tiba-tiba suamiku pulang. Dia memanggilku dan langsung menggedor-gedor pintu.

Aku yang udah gelagapan serta kebingungan didalam, memilih untuk diam gak mau menyahut suamiku dari dalam. Aku gak mau dia curiga samaku, kok lama banget bukain pintunya. Jadi aku berharap suamiku menganggapku lagi tidur pulas makanya gak dengar dari dalam. Kami pun pontang panting memasang baju kami masing-masing. Baik aku maupun Agus kini udah gemetaran dan ketakutan.

Setelah kami beres pakai baju, aku pun menyahut. Sedangkan suamiku udah makin gusar aja dan memanggilki lebih kuat. Aku suruh Agus pulang lewat pintu belakang, dan aki pun buru-buru bukain pintu depan.

"Ngapa kok lama banget dibuka?", bentak suamiku.

"Maaf, Bang. Aku ketiduran! Gak denger...!", jawabku.

"Kau tidur atau sama si Agus? Agus mana Agus?", ucap suamiku sambil menerobos kedalam rumah.

"Ya Olloh, Bang... Abang gak boleh suudzon gitu! Aku gak ngapa-ngapain, kok. Aku tuh cuma ketiduran!", ucapku membela diri.

"Alaaah... kau gak usah boong! Aku tau kau sama Agus tadi! Makanya kau lama banget bukain pintu! Mana dia? Dimana kau sembunyikan dia?", ucapnya sambil memeriksa setiap sudut ruangan, bahkan memeriksa kedalam lemari.

"Kau jangan macam-macam ya. Ada yang ngasihtau aku tadi, Agus masuk rumah, maknya aku langsung pulang! Napa kau kegitu? Kurang apa aku?", tanya suamiku kesal, marah, csmour sedih.

"Sumpah demi Alloh, Bang. Aku gak pernah ngapa-ngapain dengan Agus. Dan Agus gak bener datang kesini!", ujarku membohongi suamiku.

Lalu besok-besoknya kejadian serupa terjadi lagi. Soalnya asal suamiku pergi, aku pasti nyuruh Agus datang. Tapi tetangga-tetangga ini pun usil banget, pake lapor-lapor segala ke suamiku. Harusnya mereka diam aja ngerjain kerjaan masing-masing. Gak usah sok sibuk ngurusin yang bukan urusannya. Eh, namnya juga orang-orang kampung, ya gitu. Kesel banget aku tuh, tau!

Masih mantap-mantapan dengan Agus, tiba-tiba suamiku datang dan teriak-teriak. Pintu pun di dobrak kuat-kuat. Kayaknya dia nendang pake kaki deh. Agus pun auto nyabut batang kemaluannya dari lobang kemaluanku. Padahal crot aja masih lama lagi. Kami pun terbirit-birit masang baju masing-masing.

Setelah dia pasang baju, dia melompat lewat pintu belakang. Untung suamiku telat dikit. Setelah Agus berhasil keluar, suamiku berlari kearah samping rumah dan mengetok dinding kamar kami. Aku pun menyahutnya dsn suruh tunggu bentar. Suamiku pun masuk kedalam dan memeriksa seisi rumah.

Astaghfirullah.. dia melihat celana dalam Agus tergantung di paku tepatnya dibelakang pintu kamar. Selain itu ada juga jam tangan milik Anto, jam tangan classic merk Mirage dengan tali rantai, tergeletak diatas sprey. Amarah suamiku pun seketika itu meledak. Dia menarik CD itu sampai copot pakunya dari pintu itu.

"Ini sempak siapa?", tanyanya dengan begitu kuat.

Aku gak bisa menjawab lagi. Aku aja baru nyadar Anto kabur tanpa pake CD. Gak sampai disitu, suamiku juga memungut jam tangan yang sedikit ketutup bantal itu. Dia memperhatikannya sejenak lalu menghempaskannya ke lantai.

"Plaak!"

"Ini jam tangan Agus. Aku tau! Aku kenal!", ucapnya sambil ngamuk.

Kaca jam tangan itu pun auto petjah dan talinya putus. Lalu suamiku pun menampariku serts memukuli tubuhku bertubi-tubi. Dia menyeretku keluar kamar dan terus menganiaya tubuhku. Aku pun menangis menahan sakitnya pukulan tangan suamiku yang membabi buta ke tubuhku.

Gak sampai disitu, suamiku langsung nekat ngambil golok dari dapur dan menebaskannya ke tubuhku. Alhasil beberapa bagian tubuhku luka dan robek akibat tebasan golok ditangan suamiku. Aku meraung-raung sekuat-kuatnya dan minta tolong ke tetangga. Semuanya berdatangan dan mendapati aku yang tengah berlumuran dar4h itu.

Mereka melerai kami berdua. Ada yang merebut golok itu dari tangan suamiku, ada yang memegangi suamiku serta menahannya agar gak lagi meluapkan emosinya ke aku. Yang lainnya ikut membantu mengobati lukaku, membalutnya dengan kain, lalu dengan gercep melarikan aku ke Pustu (Puskesmas Pembantu) yang ada didesa kami untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Selanjutnya diadakanlah pertemuan untuk mendamaikan kami serta nyari solusi atas masalah kami. Suamiku bilang dia udah naik pitam dan gak bisa lagi menahan emosinya melihat adanya celana dalam dan jam tangan milik Agus tertinggal dikamar kami. Udah gak salah lagi, mereka berdua pasti berbuat me5um disana. Ujar suamiku menuturkan dihadapan para sepuh dan tetua adat.

Lalu kami ditanya mau dibawa kemana rumah tangga kami ini. Apakah kami masih niat membina dan melanjutkannya, atau mungkin memilih bercerai aja. Tapi baik aku maupun suamiku, masih sama-sama pengen mengayuh lagi biduk rumah tangga kami kedepannya.

Lalu para tetua adat itupun minta kami berjanji agar gak lagi berantam kedepannya. Terutama ke suamiku, dengan tegas mereka bilang, supaya suamiku gak mau dikit-dikit pakai senjata tajam. palagi sampai pakai sajam. Suamiku pun diancam akan di Polisikan apabila kedepannya masih mau menganiayaku dengan sajam. 

"Berantam itu wajar disebuah rumah tangga. Gak ada rumah tangga yang gak pernah berantam. Tapi jangan pake parang kau!", ucap Pak Paimin selalu tokoh yang cukup disegani dikampung ini.

"Kalau cuma pukul pake tangan, masih bisalah di tolerir. Ini kau pake parang. Emang mau kau bunuh istrimu itu?", ucap Pak Poniman.

"Kalau kau masih sayang sama istrimu, ingatkan dia baik-baik. Pukul sekedarnya. Jangan pake senjata tajam gini dong!", ucap Pak Karni, selaku Kades kami.

Kami pun mengayuh biduk rumah tangga kami bersama-sama. Aku pun pintar-pintar menyembunyikan perselingkuhanku dengan Agus dari suamiku. Meski gak pernah lagi ditemukan kejanggalan antara aku dan Agus  bukan berarti aku udah stop dengan Agus. Masih lanjut kok! Tapi gak pernah kusuruh kerumah lagi, biar tetangga pada mengira aku udah insaf.

Namun suamiku udah curiga aja bawaannya terus ke aku. Maklumlah, udah berapa kali kami nyaris kepergok oleh suamiku. Dan yang aku sedihkan kini, aku belum juga mengandung anak Agus. Padahal tujuan utamaku selingkuh ini adalah biar bisa hamil anak kedua. Apakah aku masih diizinkan punya anak lagi. Ya Olloh... aku pengen banget punya anak lagi.


Selesai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

π™†π™€π™‰π˜Όπ™‹π˜Ό π™‡π™€π™ƒπ™€π™π™‰π™”π˜Ό π˜½π™€π™‚π™„π™π™?

AKU SENGAJA PULANG KERUMAH PADA SAAT JAM KERJA

TERNYATA ISTRIKU SELINGKUH DENGAN BAINAR