AKU MENIKAHI SEORANG PSK
Oleh : Ando Lan
Meski bekerja sebagai luna atau PSK, Wati bukanlah termasuk wanita cantik. Kulitnya hitam gelap dan parasnya pas-pasan aja. Dan meskipun banyak luna yang cantiknya kebangetan, namun aku gak pernah menaruh hati ke mereka. Aku cuma menyukai Wati aja. Saking sukanya aku sampai dekatin dia dan ngajaknya bicara serius dari hati hati.
Padahal aku tau kerjaan Wati itu gimana. Dia sering diantar jemput oleh tukang ojeknya ke hotel tempat aku bekerja. Bahkan sampai subuh gak jarang Wati harus bolak balik hotel untuk melayani n4fsu pria hidung belang. Biasanya Wati akan dipake short time oleh tamu-tamu yang ngorder luna itu. Long time sih jarang kulihat.
Aku gak peduli apem milik Wati udah sering kegencet sosis orang. Bahkan aku gak permasalahkan udah berapa ratus kali Wati bers3tubuh dengan ratusan laki-laki. Berbagai macam ukuran dan bentuk punya laki-laki udah pernah masuk ke apem Wati. Namun itu gak penting sama sekali bagi aku. Yang penting aku bisa jadi pemilik sah dari apem itu dan selanjutnya bisa bebas mencicipinya kapan aja aku mau.
Aku pun mengutarakan niatku menikahi Wati. Dan niat itu pun disambut baik oleh Wati. Singkat cerita kami menikah dikampung halamanku. Aku pengen menuntun Wati kejalan yang benar. Biar dia gak selalu berkecimpung didunia hitam itu. Wati memang bersedia hidup lurus dan baik-baik kedepannya.
Dari awal aku udah wanti-wanti ke Wati bahwa gajiku sebagai Security tidak lah besar. Gajiku masih dibawah UMR. Namun setiap pertengahan bulan kami mendapatkan service, yang nominalnya memang paling besar palingan separoh dari gaji bulananku. Namun aku bilang itu cukup buat kami berdua bila kami pandai-pandai ngatur keuangan.
Aku bilang ke Wati bahwa semua itu tergantung di kitanya aja. Gaji 100 juta pun gak akan cukup kalau kita selalu pengen ini itu. Aku pun mencontohkan ke beberapa teman-teman aku yang lainnya. Cukup-cukup aja gaji suaminya, meskipun misalnya istrinya gak kerja. Apalagi kalau nanti kita bisa sama-sama kerja. Demikian ungkapku.
Aku blak-blakan aja dan ngomong apa adanya ke Wati biar Wati gak kaget dengan penghasilanku yang cuma segitu. Mungkin kalau dibandingkan dengan pemasukan dia dalam melayani n4fsu pria hidung belang, pastilah gajiku akan kalah. Dengan tegas aku bilang ojo dibandingke.
Aku juga bilang bahwa duit yang didapatkan dari hasil jual diri itu tidaklah halal. Dan Wati pun terharu sambil menitikkan air mata dihadapanku. Dia bilang semua itu terpaksa dia lakukan karna dia diprank oleh seseorang dimasa lalu. Dia dijanjikan bekerja disebuah perusahaan lalu diajak kekota. Ternyata bukan untuk kerja di perusaaan melainkan dijadikan sebagai pecun alias PSK.
Wati bilang dia sangat bersyukur mengenalku yang begitu care ke dia. Dia sangat berterimakasih karna aku bersedia menuntunnya keluar dari dunia hitam itu. Wati janji kedepannya akan jadi wanita baik-baik. Dia akan meninggalkan secara total gemerlapnya dunia yang selama ini digelutinya itu.
Wati juga bilang akan fokus mengurus rumah tangganya dengan aku. Dia akan menggunakan waktunya mengurus aku sebagai suaminya dan juga mengurus serta membesarkan anak-anak kami kelak. Tapi beberapa bulan setelah pernikahan kami, Wati meminta izin agar dia ikut bekerja. Itu semua demi mencukupi kebutuhan kami.
Aku pun setuju Wati bekerja. Tapi kalau bisa jangan jauh-jauhlah, kalau bisa kami bekerja ditempatku aja. Demikian ucapku. Aku pun meminta tolong ke bosku agar istriku bisa diterima dihotel tempat aku bekerja. Terserahlah mau ditempatkan dibagian mana, yang penting kerja.
Istriku pun bekerja sebagai House Keeping (HK) ditempat kerjaku. Dan setahun lamanya istriku kerja sebagai HK sebelum dia hamil besar dan melahirkan anak. Cukup lama setelah melahirkan, istriku gak lagi bekerja. Dia mengurus anak kami aja yang lagi lucu-lucunya saat itu.
Tapi selanjutnya ketika anak kami makin bertumbuh, istriku pengen kerja lagi, karna kebutuhan kami makin besar. Aku pun menyampaikan niat itu lagi ke bosku, akhirnya istriku diterima sebagai tukang masak (terlalu keren disebut chef) di warung ampera hotel yang letaknya disudut kanan halaman hotel. Dulunya sih restoran hotel berada di dalam, namun karna kurang laku, akhirnya pindah ketepi jalan aja biar orang-orang yang melintas bisa singgah juga.
Begitulah selanjutnya, istriku bisa keluar masuk kerja sesukanya. Kalau dia pengen istirahat dulu, dia berhenti bekerja, kalau pengen kerja tinggal ngajukan ke bos lagi. Kadang istriku dimutasi ke hotel satunya lagi, karna bosku punya hotel lebih dari satu.
Tepat ketika anakku udah duduk dibangku kelas 2 SD, rumah tangga kami pun goyah. Karna terdengar issue bahwa istriku kini udah mau dekat-dekat lagi ke laki-laki lain. Begitu kabar itu sampai ke telingaku, aku langsung nanya ke istriku, namun dia gak ngaku. Dia bilang itu boong dan hoax, bahkan fitnah keji dari orang-orang yang pengen rumah tangga kami hancur.
"Percaya aja sama Wati, Bang. Wati gak kegitu lagi sekarang!", ucapnya meyakinkan aku.
"Awas ya kalau kamu macam-macam. Aku gak segan-segan ceraikan kamu kalau emang terbukti kamu kegitu lagi!", ancamku.
"Iya, Abangku... sayangku... cintaku...suamiku tersayang...! Aku gak bakal balik ke dunia itu lagi sayang. Cuma ada kamu dihati aku sayang. Aku fokus urus anak kita aja lagi sekarang!", ucap istriku panjang lebar sambil mengecup pipiku.
Hari demi hari aku makin merasa ada sesuatu yang gak beres dengan Wati, istriku. Makin banyak yang bilang ke aku udah melihat istriku jalan sama laki-laki lain. Bahkan ada yang membuntuti kemana mereka pergi, ternyata ke hotel. Bukan satu dua orang saksi mata yang bilang itu ke aku. Dan laki-laki yang bawa istriku juga beda-beda.
Jujur aja belakangan ini istriku sering berdandan lebih cantik dari biasanya. Padahal sejak hidup dengan aku, dia gak pernah make up lagi. Tapi akhir-akhir ini kok jadi suka make up. Disamping itu istriku juga sering pergi entah kemana dan pulang agak lamaan. Ada aja alasan istriku mau kemana. Kebetulan kami punya sepeda motor masing-masing, sehingga dia bisa pergi sendiri.
Aku makin curiga dengan langkah-langkah istriku. Tapi aku gak bisa menguntit dia ketika pergi keluar. Soalnya aku sibuk kerja. Biasanya dia pergi ketika aku lagi kerja. Dan besok-besoknya ada teman aku yang bisikin ke aku, dia melihat istriku check in ke sebuah hotel yang letaknya jauh dari hotel tempat aku bekerja. Teman aku ini bilang dia jalan sama Pak Narso, tamu langganan kami dulu. Namun akhir-akhir ini Pak Narso gak pernah lagi check in ditempat kerjaku.
Aku kesal dan gusar! Ini udah ke sekian kalinya aku mendapat info dari teman-teman soal perangai istriku belakangan ini. Tapi setiap kutanya dirumah, dia selalu ngeles. Bahkan dia marah-marah ke aku. Akhirnya kami pun adu mulut dan bertengkar. Istriku pun nangis air mata buaya. Dia bilang aku tega menuduhnya yang gak-gak. Padahal menurut dia, dia gak melakukan apa-apa.
Lalu suatu hari ketika aku lagi piket, datang seorang tamu langganan yang udah kompak banget denganku. Sebelumnya dia juga udah tau sejarah Wati, istriku sebelum jadi istriku. Dan karna kami udah dekat banget, si tamu inipun gak segan lagi samaku. Dialah yang bisikin ke aku, kalau kemarin dia melihat istriku disebuah hotel yang juga sering dia kunjungi. Istriku dibawa seseorang dengan mobil double cabin.
Udah barang tentu setiap aku dapat laporan dari seseorang, aku pasti akan sampaikan ke istriku. Namun udah bisa ditebak apa yang akan terjadi. Kami berantam. Piring dan gelas pun auto beterbangan oleh ulah tanganku. Dan beberapa pukulan juga mendarat ke muka istriku. Bukan cuma mukanya, tapi beberapa bagian tubuhnya juga ikut kena sasaran luapan emosiku.
Gak jarang wajah istriku nampak lebam dan memar. Itu akibat pertengkaran yang gak bisa lagi dihindari. Istriku pun mengatakan aku udah gak sayang sama dia makanya aku selalu memukulinya. Padahal dia yang kurang ajar dan tega menjajakan tubuhnya ke yang lain. Bukan cuma dua tiga orang laki-laki yang dia gauli, melainkan siapa aja yang dirasa cocok dan berduit.
Aku paling gak bisa menerima permainan istriku begini. Niat hati menolong dia agar bisa meninggalkan dunia hitam, eh setelah nikah denganku malah balik lagi ke praktek hidup yang lama. Aku gak nyangka aja setelah anak kami 8 tahun, istriku malah kembali menapaki pekerjaan sebagai pecun.
Aku dan istriku juga pernah pisah rumah akibat selalu bertengkar. Kadang dia pergi kerumah saudaranya sampai berhari-hari, kadang nompang dirumah temannya. Dan karna gak mau berlarut-larut gitu, kami pun sepakat baikan lagi dan berupaya membina rumah tangga yang baik kedepannya. Tapi satu permintaanku, jangan pernah kudengar lagi dari orang, dia pergi sama laki-laki lain ke hotel sana.
Beberapa bulan berlalu, justru aku sendirilah yang melihat istriku dibonceng oleh seseorang dengan menggunakan Honda Vario warna merah hitam. Aku berusaha mengejar mereka, tapi sepeda motor Suzuki Shogun yang kumiliki gak begitu gesit lagi mengejar mereka. Namun aku terus mengikuti kemana tujuan mereka. Astaghfirullahaladzim.... ternyata ke sebuah hotel kelas melati yang letaknya tepat diperempatan lampu merah.
Aku pun langsung memergokinya ketika masih diparkiran sepeda motor. Ketika itu istriku baru aja turun dari atas motor laki-laki itu, dia terlihat menunggui si laki-laki itu turun dan mengunci stang motornya. Aku yang udah emosian langsung membentaknya dengan kuat. Sontak istriku pun kaget bukan main melihat aku udah berada didekatnya.
"Ngapain kau kesini, Wati? Siapa laki-laki ini?", ucapku dengan suara gemetar.
"Sekarang terbukti kan, kau gak bisa ngelak lagi, kan?! Aku sendiri yang memergoki kau!"- ucapku lagi dengan mata melotot.
Ku tatap si laki-laki itu dengan tatapan begis.
"Kau siapa? Kau tau gak ini istriku!", ucapku memegang kerah bajunya.
Kukasih dia bogem mentah dua kali, sebelum akhirnya kami dilerai oleh Security dan Roomboy hotel yang kebetulan ada di parkiran itu. Aku pun membentak-bentak dia dan juga Wati, istriku. Saat itu juga kutegaskan ke Wati, bahwa aku udah gak bisa maafin dia lagi. Dia gak perlu minta maaf lagi, semua udah gak ada artinya.
Wati pun menangis bersujud di hadapanku. Dia berlutut sambil memegangi pahaku. Gak henti-hentinya dia minta maaf atas segala perbuatannya. Dia ngaku bahwa selama ini juga dia memang sering nyari duit dengan jalan pintas itu. Namun setiap kutanya dia gak pernah ngaku.
"Maafin Wati, Bang Ramli... Wati tau Wati salah... Wati ngaku Wati salah, Bang....! Wati udah berdosa sama Abang!", ucapnya dengan airmata buayanya.
"Udahlah.. gak perlu kau minta maaf lagi. Aku gak bakal maafin kamu lagi. Udah... lakukanlah apa yang menurutmu bisa bikin kau senang. Lakukanlah apa yang kau mau. Kita cerai aja. Aku gak mau lagi hidup denganmu!", tuturku.
"Udah... ambil aja kamarnya sana. Biar check in kalian. Dia bukan istriku lagi! Terserah kalian mau lakuin apa aja, aku gak ngurus lagi!", ucapku ke laki-laki itu.
Lalu aku pun bergegas ke sepeda motorku. Ketika aku udah duduk di jok motorku dan hendak mengengkolnya, ku tatap kedua petugas hotel itu.
"Bang... bang... kasih mereka kamar. Jadi terganggu pula mereka n63nt0t gegara aku datang kesini.", ucapku.
Aku pun menghidupkan motorku dan memutarnya.
"Kau gak usah pulang kerumah lagi. Aku bukan suamimu lagi.", seruku dengan lantang sambil berlalu.
Singkat cerita, kami pun cerai. Aku tinggalkan Wati! Aku benar-benar kecewa pada Wati. Apa yang dilakukannya bagiku udah kelewat batas. Aku kira Wati udah lupa akan kehidupan lamanya dan udah taubat dari masa lalunya. Eh ternyata kambuh lagi.
Tiga bulan lagi aku pun sat set sat set nikah lagi dengan seorang janda. Namanya Ida, seorang janda yang ditinggal cerai oleh suaminya. Mereka bercerai karna suaminya yang keranjingan dengan wanita lain, sehingga dia ditinggalkan dan pergi nikah dengan gadis lain.
Sampai detik ini pernikahanku dengan Ida baik-baik aja. Dia wanita yang sopan, pendiam, dan hijaban. Dan kami udah dikasih momongan satu orang anak perempuan. Kabarnya Wati, mantan istriku udah benar-benar kembali ke dunia lamanya, menjadi seorang pecun. Kini dia udah bebas melakukan hobinya tanpa ada yang melarang atau menghalanginya.
Dua bulan setelahnya, aku malah sering melihat Wati menjajakan tubuhnya di sudut sebuah Mal yang ada dikotaku. Dia terlihat duduk-duduk ditempat duduk besi yang disediakan pemerintah disana. Dan ternyata tiap malam setelah jam 10 malam keatas, dia pasti mangkal disana dengan pakaian minim. Dia akan merayu setiap laki-laki yang duduk atau berhenti disekitaran situ.
Ternyata kelas mantan istriku disitu!, gumanku dalam hati. Karna aku tau pecun-pecun yang mangkal disitu adalah pecun-pecun murahan atau luna termurah yang ada dikota ini. Karna umur mereka rata-rata udah kepala 3 keatas dengan wajah yang kurang menarik, dan dengan body yang gak kurang mantap.
Kurasa Wati pernah melihatku melintas dari jalan itu. Tapi aku sengaja gak mau menoleh kearahnya. Aku gak mau mata kami beradu. Biarlah dia dengan dunianya. Aku gak punya urusan lagi dengan dia. Dia gak penting lagi buatku. Aku fokus dengan Ida aja sekarang, yaitu istriku yang solehah ini.
Tamat
Komentar
Posting Komentar