πππΌπππΏπ πππ½ππ πππΌ πΏπ πππππΌπ ππππΌπ
Oleh : Ando Lan
Udah setahun penuh aku menjalin hubungan hubungan dengan Mawar. Udah gak terhitung pula berapa puluh kali kami melakukan hubungan intim di kamar hotel.
Kami benar-benar bebas melakukannya tanpa ada yang mengganggu.
Tapi entah mengapa kami masih mau melakukannya di tempat yang gak biasa. Dimana tempat itu termasuk kurang nyaman dan juga kurang aman tentunya. Ya, kami melakukannya di sebuah gubuk tua di tengah-tengah semak.
Kalau di pikir-pikir, kurang nyaman apa di hotel kok sampai kami harus bersen6g4ma di gubuk reyot. Kalau di bilang gak bermodal, itu jelas salah besar! Gajiku sebagai chef di sebuah hotel bintang 3 gak usah ku sebutin berapa digit.
Tapi mengapa kami harus kepikiran harus ML di gubuk itu.
Mungkin karna kami pengen mencoba sesuatu yang baru. Atau udah jenuh dengan ruangan mevvah, sehingga pengen sensasi dan suasana outdoor. Yang jelas begitu kami nemuin tempat itu, kami langsung sepakat ML disana.
Lahan kosong itu seperti bekas kebun cabai, yang udah di tinggal atau gak dilanjutin nanam oleh si petani. Rumputnya udah setinggi pinggang, namun masih belum termasuk rumput muda. Dan gubuknya berada di tengah ladang. Atapnya dari jerami, dinding dan lantainya dari papan, berupa rumah panggung, tapi gak ada daun pintunya.
Kami melihat kondisi disana pasti aman dan gak ada orang yang masuk ke areal itu lagi. Itulah yang membuat kami memutuskan untuk mantap-mantapan disana.
Angin berhembus begitu sejuk, menerobos masuk melalui celah dinding papan. Pohon akasia yang mendominasi sekeliling kami nampak menari-nari di tiup angin. Beberapa helai daun kering beterbangan dan masuk ke dalam gubuk itu.
Aku pun melucuti pakaian Mawar. Ku kenyot kedua put1ngnya kuat-kuat. Aku pengen dia mengerang di tengah ladang itu. Lalu ku suruh dia membuka celananya. Disaat yang sama aku juga langsung membuka semua pakaian yang menutup tubuhku.
Setelah tel4njang berdua, kami cipokan dengan posisi duduk lesehan. Lalu berlanjut setelah ku rebahkan Mawar di lantai itu. Ku masukin jari tengahku ke lobang kemaluannya. Lalu ku rimming kerang bulu kesukaanku itu.
"Ahhhh..... aaaahhh.....!"
Lalu aku pun bergeser mendekatu selangkangannya. Mawar langsung melebarkan dan mengangkat kedua kakinya ke atas. Aku pun menempelkan kepala tytydku ke lobangnya. Tangan Mawar langsung meraba batangku lalu diarahkan tepat ke sasaran.
Aku pun mendorong masuk batangku lalu Mawar menyingkirkan tangannya. Desahan dan erangan kami pun sahut-sahutan. Kami yakin gak ada orang yang mendengarnya. Karna memang lokasi gubuk berada sekitar 300 meter dari tepi jalan. Sedang akses kesana juga hanya jalan setapak yang udah nyaris ditutupi semak.
Aku membolak balik tubuh Mawar dan terus menghantam lobangnya. Lalu ketika posisi bareback, aku melihat di antara celah dinding, ada sepasang bola mata yang mengawasi kami. Aku pun langsung terperanjat begitu mengetahui aksi kami sedang di intai oleh seseorang.
Aku pun sat set nyabut batangku sampai membuat Mawar kebingungan. Lalu dengan buru-buru aku bergegas mau masang celana sambil bisikin ke Mawar ada yang ngintip kami.
Tiba-tiba dua orang Bapak-bapak paruh baya berdiri tepat di depan pintu sambil menatap kami yang lagi tergopoh-gopoh.
Alhasil kami pun terperanjat setengah mampus. Mawar pun ketakutan sambil menggigil menutupi auratnya dengan kedua tangan.
Aku gak bisa berkata-kata saat itu. Aku pengen menggertak tapi posisi kami lagi terangkap basah. Lalu mereka mengatakan akan memanggil warga lain untuk mengarak kami. Kami pun memohon agar mereka gak melakukan itu. Kami minta maaf sebesar-besarnya dan memohon di lepaskan.
Aku sempat berkilah bahwa kami melakukannya bukan di tempat umum, melainkan di tempat sepi nan jauh dari jangkauan warga. Aku bilang mereka gak punya pasal untuk mengkasuskan kami. Namun mereka tetap mengancam akan menelepon temannya agar datang ramai-ramai.
Terpikir olehku agar melawan mereka duel. Aku seperti gak terima ancaman mereka berdua. Satu di antaranya agak kurus dengan berpostur sekitar 174 cm dengan muka agak lonjong dan kumis melingkar ala-ala LBP. Dan satu lagi badannya agak berisi dengan postur sekitar 169 cm. Mukanya bulat dan kumisnya tebal ala-ala Hadi Tjahjanto.
Tapi niat itu aku urungkan. Soalnya yang badan kurus bawa parang, dan yang badan gemuk menyandang senapan angin. Lalu aku tawarkan duit perdamaian senilai 500 ribu tapi mereka gak mau menerima. Lalu satu dari mereka meminta kami agar ML di depan mereka. Kalau itu kami lakukan, mereka gak akan membebaskan kami.
Aku pun menolak permintaan mereka itu. Aku gak sanggup ML dalam keadaan tertekan dan di tonton pula oleh orang lain. Lalu yang badan kurus mendekatiku dan langsung menodongkan parangnya ke aku. Dia mengancam akan mem8unuhku dan Mawar bila gak mau menuruti permintaannya.
Mawar pun auto menjerit histeris melihat aku sedang di todong dengan parang. Mawar menangis dan ketakutan sampai menggigil. Lalu yang badan berisi juga melangkah mendekatiku sambil memindahkan senapan anginnya dari pundaknya ke genggaman.
"Kami cuma butuh nonton kalian. Kami gak usah make ceuemu! Kalau itu kalian lakukan, kalian akan selamat!", ucap yang megang parang.
"Ayo, lakukanlah. Kami cuma liat aja. Kami gak akan ngapa-ngapain kalian kok, asal kalian mau menuruti permintaan kami!", tambah yang megang senapan.
"Tapi jangan di rekam, ya!", ucapku.
"Gak, kok. Gak usah takut. Kami gak akan midioin!", ucap salah satu dari mereka.
Aku dan Mawar saling menatap. Ku rangkul dia untuk menenangkannya.
"Mawar takut, Bang!", ucapnya berkali-kali.
"Trus gimana, ya? Apa kita harus menuruti baj1ngan-baj1ngan ini?", tanyaku pelan.
"Gak papa, Bang. Yang penting kita selamat. Mawar takut, Bang.", ucapnya sambil tersedu-sedu.
"Kamu gak papa, kalau kita lakukan di hadapan mereka?", tanyaku.
"Gak papa, Bang. Abang bisa kan?", tanya Mawar.
"Bisa, sayang!", ucapku sambil mengecup pipi dan bibirnya.
Aku pun membukai baju Mawar yang dari tadi udah kaku itu. Lalu segera ku buka juga semua pakaianku.
Kedua gadun itu pun menatap ke tytydku dengan mata yang sangat lengket sampai gak berkedip.
Lalu aku netek ke Mawar sambil colayyy. Lalu aku colmek Mawar sambil mendesah-desah. Lalu kembali ku jilmek Mawar sambil menunduk di selangkangannya.
"Bawa santuy aja, sayang! Anggap mereka gak ada!", ucapku.
"Iya, betul. Anggap aja kami gak ada!", ucap salah satu dari mereka.
"Anj1n6 kau!", gumanku dalam hati.
Lalu aku pun mengoles-oles batangku ke pipi dan wajah Mawar. Terus ku oles ke dada dan kedua payud4ranya, lalu ke perutnya, dan berhenti di selangkangannya.
Lalu ku arahkan batangku ke dalam lobangnya dan segera ku sorong.
Kami pun seakan sengaja mendesah-desah lebih kuat dari biasanya. Itu kami lakukan agar kami bisa lebih santuy dan gak kaku beradegan ranjang di depan 2 orang penonton secara live. Untung mereka gak nyalain camera gadgetnya sesuai perjanjian.
Lalu alangkah kagetnya aku ketika tengah asik ngegas lobang Mawar. Kulihat kedua gadun tadi udah sama-sama tel4njang. Mereka saling grepe tytyd sambil colayyy masing-masing.
Jujur aja konsentrasiku jadi buyar melihat pemandangan buruk itu. Ya iyalah, karna ternyata dua orang Bapak-bapak yang mengancam sekaligus menodongkan senjata tajam ke aku itu adalah pasangan h0m0.
Aku auto jijik dong melihat di sampingku ada pasangan hem0ng yang juga melakukan maksi4t.
Mereka juga benar-benar gak malu tel4njang dan m3sum di samping kami. Mungkin karna posisi mereka sebagai pengancam dan kami pihak yang diancam/terancam. Sekilas kulihat mereka ganti-gantian nge-BJ, namun itu pun gak dilakukan dengan serius. Mereka lebih sibuk melototin aksiku dengan Mawar.
Lalu mereka makin mendekat ke kami. Mereka bahkan sampai stop ML-nya hanya untuk nonton kami. Dan yang pasti mereka hanya fokus memperhatikan tubuhku aja tanpa tertarik ke tubuh Mawar.
Lalu mereka pun bahkan berani grepe-grepe aku. Ada yang meremas lenganku, ada yang menyentuh perutku, lalu pant4tku pun di remas-remasnya. Aku jadi risih karna kedua h0mbren6 tua ini sibuk megang-megang aku.
Ketika posisi bareback, mereka mengelus-elus bijiku yang bergoyang-goyang.
"Pak! Bisa gak, gak usah megang-megang?", ucapku sambil menghentikan gerakan pinggulku.
"Gak papalah, ya. Lanjut ajalah terus.", jawab yang gemuk.
"Tadi kalian janji gak ngapa-ngapain kami!", ucapku.
"Pacarmu gak bakal kami apa-apain. Tapi izinkan kami megang punyamu. Kami suka!", ujar yang kurus.
Aku pun gak punya pilihan lagi selain harus merelakan tubuhku dan juga tytydku di pegang-pegang oleh mereka berdua.
"Main aja kalian napa, sih?", ucapku.
"Kami bukan pasangan, mas. Kami cuma temanan. Kami ini penyuka anak muda.", jelas yang kurus.
"Kami gak saling nafsu, mas. Kami malah pengen nyep0ng punya mas.", ucap yang gemuk.
Lalu aku pun hanya diam dan melanjutkan permainanku. Mereka pun makin berani kurang ajar. Ada yang menyusup ke bawah pahaku lalu langsung di rimmingnya lobang pembuanganku.
Yang satu lagi menyusup lagi dan berusaha meraih bijiku dengan mulutnya.
Mereka pun ganti-gantian merimming lobang dan bijiku. Aku pun terkadang harus menghentikan permainanku di lobang Mawar. Aku diam biar mereka bisa merimmingku dengan tenang. Terdengar desahan mereka berdua berpadu sambil merimming belahan p4ntatku.
"Mas, kasih ku i5ap punyamu bentar!", ucap yang kurus.
Lalu aku pun nyabut batangku dan telentang di hadapan mereka. Mereka pun langsung melahap batangku secara membabi buta. Ganti-gantian tanpa jijik menjilati ludah temannya sendiri. Naudzubillah mindzalik!!
Lalu tiba-tiba moment itu pun jadi milik mereka. Mereka secara bersama-sama menggerogoti seluruh tubuhku dengan mulutnya. Mawar pun terbangun dan duduk nyandar ke dinding.
Mereka gak malu sama sekali menikmati es krimku di hadapan ceueku.
Aku pun terkadang telungkup terkadang telentang. Mereka berdua bagai dua ekor singa yang dengan buasnya memangsa rusa yang udah gak berdaya. Dengan ganas lidah dan bibirnya menj1lati tubuhku dan nge-BJ tytydku.
Tytyd mereka pun ngaceng dengan begitu kencang. Tytyd yang kurus gila gede banget. Panjangnya aja kurasa ada sekitar 19 atau 20 cm. Lalu tytyd yang gemuk sekitar 16 cm panjangnya.
"Udahlah... masa' jadi kalian terus?!", ucapku.
"Gak papalah, Bang. Kasih aja sampai mereka puas!", ucap Mawar.
"Serius, Mba?", tanya gadun yang gempal.
Mawar pun mengangguk sambil mengangsur masang bra dan CD.
"Sampai nemb4k ya, mas..!", ucap gadun kurus.
"Ya udah, hajar aja!", ucapku pasrah meski gak rela.
Lalu mereka pun meneruskan kerjaannya nge-BJ dan ngerimming aku.
"Kalau keluar, saya mau nelan!", ucap gadun gempal itu.
Ucapannya kayaknya ke aku, tapi gak ku ladeni. Aku milih diam aja.
"Separoh-separoh kita, ya! Saya pun pengen minum itu juga!", ucap gadun kurus.
Lalu aku pun merasakan bahwa p3juhku bentar lagi akan keluar. Aku makin mendesah dan mengkriukkan wajahku. Sementara Mawar udah berpakaian lengkap sambil mencet-mencet gadgetnya. Sesekali dia melihat aksi gila kedua gadun m4h0 itu.
"Udah mau nembak!", ujarku.
Lalu mereka makin merapatkan mulutnya sambil ganti-gantian di bagian moncongnya.
"Oowwhhhhh.... ooohhhh...!"
Akhirnya p3juhku pun muncrat di mulut si gadun kurus. Lalu dengan cepat dia menarik mulutnya agar temannya bisa nge-BJ aku sambil nyedot p3juhku. Akhirnya mereka berdua pun kebagian air m4niku. Dengan lahap mereka pun menelan air itu.
Di jilat-jilatnya seluruh batangku dari kepala ke biji dan di lapnya semua tumpahan atau lelehan p3juh yang belepotan di batang, biji, dan di j3mbutku pake lidah. Alhasil batangku pun kering dan bersih seiring dengan terkulainya batangku itu ke bawah.
Aku pun baru menyadari bahwa si gadun gemuk ternyata udah crot. P3juh dia pun banyak sekali dan beleak-leak di perut dan di pusatnya. Sementara si gadun kurus masih berusaha keras mengeluarkan p3juhnya. Dia terus mengencangkan genggaman tangannya dan memaju mundurkan genggaman itu secara kuat-kuat.
"Ooohhhhh.... ohhhhh.... oooohhhh!"
Dia mendesah-desah ketika p3juhnya nyembur dari lobang di ujung kepala tytydnya. P3juh si gadun kurus ini pun gak kalah banyak. Karna posisinya duduk, akhirnya p3juhnya jatuh dan berceceran di lantai.
Mereka terkapar di lantai dengan nafas terengah-engah. Sementara aku langsung gercep masang bajuku. Lalu mereka pun terduduk karna memperhatikanku yang buru-buru itu.
"Santuy aja mas. Gak usah takut lagi. Kita udah mencapai deal barusan.", ucap gadun gemuk.
Lalu mereka pun masang baju masing-masing. Sementara kami udah bergegas turun dan beranjak dari gubuk tua itu. Mawar udah jalan lebih dari 10 meter menjauhi pondok. Lalu aku pun langsung menggeser sepeda motorku dari tiang pondok dan menghidupkannya.
Kami tinggalkan mereka disitu. Setelah Mawar naik, ku percepat laju motorku agar segera bisa meninggalkan semak itu. Akhirnya kami pun bisa bernafas dengan lega. Kami merasa bahwa kami udah terlepas dari bahaya, apapun itu bentuknya.
Meski aku harus merelakan tubuh dan tytydku di gerogoti dua gadun hem0ng, tapi sekarang semuanya udah terlewat. Semua masa-masa kritis itu kini udah berhasil kami lalui. Kami pun sepakat gak akan ML lagi di tempat itu.
Tamat
Komentar
Posting Komentar