ππππ ππππΌπΌπππ πΏππππΌπ ππΌπππππ πΌππππΌπ πππ πΌπ πππΎππ
Penulis : Ando Lan
Aku bukanlah termasuk anak indigo.
Tapi aku bisa melihat makhluk² astral sejak kecil sampai aku branjak dewasa.
Aku gak selalu bisa melihat mereka dimana mana.
Aku bisa melihatnya kalau mereka sengaja mau menunjukkan diri aja.
Dan itu pastilah akan selalu membuatku terkejut.
Entah mengapa tampang mereka banyakan yg mengerikan.
Namun ada juga yg tampangnya biasa aja kayak manusia biasa.
Aku sering gak menyadari yg kulihat itu adalah makhluk astral.
Karna mereka bawaannya tenang, santai, dan bahkan ada yg seperti kelelahan, sedih, dsb.
Aku baru sadar ketika mereka diam membisu ketika berpapasan dgnku.
Dan tiba2 bisa lgsg menghilang dari penglihatanku.
Seingat aku, aku kali pertama liat mereka yaitu waktu berumur TK.
Kebetulan dulu aku gak TK ya.
Biasalah anak2 kampung gak ada yg TK. Langsung msk SD aja, itupun stlh umur 7 th.
Aku dan Mamaku pulang dari sumur sekitar jam 06.15. Sumur kami jauh dibawah jurang.
Gak sumur sih ya, tp mata air yg keluar dari bebatuan yg curam yg di naungi pohon2 besar dan tinggi.
Tempatnya sngt sejuk. Air itu dialirkan melalui 3 buah pancuran yg terbuat dari bambu sembilang.
Sedangkan 10 mtr di sebelahnya mengalir sungai berbatu yg jg jd tmpt mandi.
Udara di kampungku memang dingin. Tapi di bawah jurang itu lbh adem lagi.
Kita akan merasakan semilir angin di antara pepohonan dan rumpun bambu.
Tempat itu memang terang. Karna di dasar jurang itu lumayan luas tanah datarnya. Dan kami punya bbrp petak kolam ikan disitu.
Suara riuh dari gerombolan monyet coklat besar yg tak berekor adalah nyanyian yg tiap hari kami dengar disana.
Mereka sering ketawa ala manusia jg.
Tapi selain suara monyet, banyak sih suara2 yg gak ku kenali sampai aku dewasa di sekitaran situ.
Tapi kami udah terbiasa.
Kalau siang sih aman2 aja disana, gak ada apa2. Apalagi kami punya kolam disana.
Bapakku sering menebas bambu² yg terlalu rimbun menutupi pandangan.
Aku paling senang berburu pakis yg tumbuh subur disitu.
Gak terasa akan terkumpul pakis yg sngt banyak.
Tapi waktu itu kami memang kemalaman sih. Mamaku nyuci satu ember besar, jadinya makan waktu yg lama.
Sedangkan aku blm bisa bantu Mama biar cpt selesai.
Suara aneka binatang malam udah bersahutan. Mulai dari jenis burung maupun katak dan yg hewan darat lainnya.
"Aku takut Ma!" Ucapku sambil berdiri di atas batu, menunggui Mamaku membilas pakaian.
"Ngapain kau takut!" Ucap Mamaku dgn nada marah.
Mamaku memang gak penakut.
Dia sama dgn Bapak. Entah udah bawaannya atau ketular sejak nikah dgn Bapak, kurang tau juga. π
Aku udah bosan. Aku mandangi sekelilingku. Ku dengar suara sungai seperti makin membesar.
Aku paling takut dgn itu. Karna Bapakku prnh cerita, sungai itu prnh meluap karna bendungan di buka tanpa aba2.
Alhasil dua org pemancing mati terseret air.
Aku pun melihat ke arah sungai. Lalu aku melihat 3 orang Ibu2 paruh baya sedang nyuci banyak selimut dan kain disana.
Aku heran kok msh ada org disana, setauku kami yg terakhir disini.
Yang terakhir td dr sungai itu Bapak2. Itu pun udah 20 mnt yl.
Apa baru datang?
Tapi aku kok gak liat?
Gak mungkin kan gak liat waktu mereka melintas di pematang kolam kami.
Dan pasti akan nyapa2 jugalah.
Aku pun mulai gemetaran. Aku coba melihat kesana lagi.
Mereka msh ada dan asik ngobrol. Samar ku dengar suara mereka ngobrol bertiga.
Mereka me-mukul2kan kainnya ke batu besar.
Di sungai itu memang enak nyucinya, karna ada batu besar berbentuk persegi yg cocok utk nyuci kain.
"Ma, siapa yg di sungai itu. Kok msh ada org nyuci?" Tanyaku ke mama yg kini lagi meras bbrp kain lagi.
"Mana ada lagi org disana!" Ucap Mamaku.
"Ada, Ma. Aku bs liat dr sini. Tiga orang Mama2 lagi nyuci!" Ucapku.
Mamaku diam.
"Ah, gak usah tengoki kesana." Katanya melarangku.
Mamaku pun mengangkat ember dan menaruhnya di kepalanya.
"Ayok pulang!" Ucapnya.
Akupun melangkah menyusuri pematang kolam kami. Ku beranikan lah melihat ke kiri, yaitu ke arah sungai.
Gak ada lagi mereka disana. Lalu dgn muka tegang aku melihat Mamaku ke blkg.
"Ayolah, liat jalanmu. Jgn liatin kemana mana." Ucap Mamaku.
Aku pun menaiki anak tangga yg pertama. Lalu setelah kira2 ada 20 anak tangga yg ku lalui, aku pun bicara.
"Ma, kok tiba2 tadi mereka gak ada lagi. Pulang kemana?" Tanyaku sambil melihat Mamaku ke blkg.
Di situlah aku melihat ada dua orang laki2 mandi di pancuran tadi.
Sontak aku pun terkejut bukan main.
Karna aku dgn jelas melihat tubuh2 manusia yg lagi mandi di pancuran yg baru aja kami tinggalin tsb.
Aku pun gak berani ngomong lagi ke Mamaku.
Aku pendam aja semua.
Aku tau pasti Mamaku akan marah kalau aku bahas2in gituan.
Sampailah di rumah aku lgsg ceritain ke Bapak.
Bapak santai aja tanpa kaget sedikitpun.
"Kalian itulah. Lama kali mandinya." Ucap Bapakku.
"Besok2 gak usah kelamaan mandi. Senter pun bukannya kalian bawa." Ucap Bapakku lagi.
Lalu beberapa bulan kemudian, kami ke daerah mata air itu lagi. Siang2 tapi!
Karna jurang itu adalah ladang kami. Dulu itu semua ditanami kopi dan kakao.
Namun kini udah gak terurus sehingga banyak tumbuh pohon2 besar disana.
Bapakku niat menebang salah satu pohon disana, yaitu pohon meranti.
Pohon itu udah besar, lurus, dan tinggi. Pohon itu mau di jadikan papan dan balok maupun kuda2.
Pohon itu tumbuh diatas mata air tsb. Bapakku pun menumbang pohon itu.
Tentu bukan dgn kapak ya, tp membawa orang yg punya mesin gerinda tangan chain saw.
Bruaak!
Pohon itupun tumbang tepat ke mata air itu.
Seluruh dahan dan rantingnya menutupi mata air itu.
Gak nampak lagi waduk2 kecil diatas pancuran tsb ketutup pohon itu.
Seketika itu air pancuran pun berubah jadi merah darah.
Iya! Benar2 merah bagaikan darah.
Ini nyata diliat oleh mata kepala kami semuanya.
Bukan cuma satu org yg bisa menyaksikannya, tapi semua.
Gak ada makhluk apapun yg terlihat tertimpa pohon disana. Tapi bisa berdarah!
Dan darah itu nampaknya sngt banyak. Karna air itu benar2 merah kental semuanya.
Bapakku pun panik apalagi tukang tebang tsb.
"Celaka! Celaka! Udah kena mereka!" Ucap si penumbang pohon itu.
Maksudnya makhluk astral penghuni daerah itu kena timpa pohon.
Aneh aja memang. Mereka gak ada yg terlihat. Entah misalnya udah pada sekarat, luka2, atau pun meninggal disana.
Tapi kok darahnya nampak. Tapi itulah kenyataannya.
Kejadian ini sekitar th 1988 yl. Terserah pembaca sih mau yakin atau gak.
Lalu Bapakku pun tiba2 lemas.
Dia seperti pingsan dan jatuh tersungkur ke tanah.
Si penebang pohon pun membantu mengangkat tubuh Bapakku.
Lalu Bapakku pun di bopong sampai ke rumah.
Bapakku msh sadarkan diri, namun badannya gak bisa di angkatnya.
Kakekku pun melakukan sesuatu semacam ritual.
Kebetulan Kakekku katanya punya sedikit kemampuan begituan.
Maaf, bukan sedang mengendorse praktik perdukunan ya.
Tapi namanya juga hidup di jaman dulu, ya msh bnyklah yg punya kemampuan2 semacam itu.
Kakekku pun katanya minta maaf ke mereka2 itu.
Akhirnya Bapakku pun berangsur pulih kembali. Sekalian minta izin pula katanya, agar pohon itu bisa di teruskan di ambil dari sana.
"Kau salah! Kenapa kau gak permisi dulu sblmnya.
Hrsnya ksh aba2 dari atas sana biar mereka menyingkir!" Kata Kakekku marah ke Bapakku.
Konon, pada saat itu anak2 mereka (makhluk halus) lagi pada mandi di waduk kecil tempat nampung air itu diatas.
Lalu mereka tiba2 ketimpa pohon besar itu dan konon mati semuanya.
Ih, kok mandinya disitu sih. Padahal kan kami mandinya di pancurannya.
Udah kotor dong. π
---------------------
Dan beberapa bulan lagi, aku dan Nenekku baru mandi kesana sekitar jam 11 siang.
Dan 50 mtr sblm turun ke bawah, ada pohon loa di tepi jalan betul sedang berbuah sampai ke akar2nya.
Nenek sibuk ngambilin buah itu utk di tumbuknya nanti di rumah.
Nenek sangat suka makan itu.
Sesampainya di pancuran, nenek membersihkan buah itu lalu mandi.
Usai mandi kami pun pulang. Nenek lupa bawa buah loa tadi.
Nenek baru ingat stlh kami sampai dirumah. Itupun udah lama sampainya.
Nenek hendak menumbuk buah loa itu dgn babal dan jg daun pepaya.
Menyadari buah loanya ketinggal, dia berniat pergi kesana menjemputnya. Aku pun ikut dgn nenek.
Sebenarnya bukan disuruh tapi aku ngekor aja ke nenek.
Waktu itu tepat jam 12.00 WIB, ketika matahari tepat berada di atas kepala.
Kami menyusuri anak tangga ke bawah.
Tepat berada di samping pohon loa tadi, aku melihat 7 orang anak gadis sedang baru siap keramas di pancuran.
Mereka sibuk mengeringkan rambut2 panjangnya.
Semua berambut panjang sampai ke pinggul. Dan mereka semua putih, cantik, tinggi, dan kurus2.
Kebetulan kami gak kasih aba2 juga sih.
Mungkin nenek mikir gak ada org di jam segitu mandi.
Lagian dia cuma mau jemputkan itu aja.
Atau mungkin lupalah.
Kami pun berjalan tanpa ngobrol2 juga sih. Jadi kesannya mereka gak tau kami datang.
Biasanya jauh diatas sana, kami hrs ksh aba2 izin lewat.
Jadi kalau ada org mandi, dia akan nyahut, boleh lgsg datang atau nunggu dulu.
Maklumlah di kampung banyak orang mandi telanjang bulat aja.
Jadi kita hrs ksh aba2 biar mereka handukan dsb.
Jadi katanya, kalau pun gak ada orang, sebaiknya tetap ksh aba2.
Siapa tau lagi mandi penghuni ladang tsb, biar mereka menyingkir dulu.
Jadi waktu itu aku terperanjat dan memegangi tangan nenek.
Aku mau bilang tapi takut kedengar sama mereka.
Aku gak tau apa nenek jg liat.
Tapi nenek tiba2 berhenti aja memang di samping pohon loa itu. Nenek pun kasih aba2.
Lalu mereka pada masuk ke semak2 itu dgn begitu cepat.
Begitu cepat gerakannya kelebatan dan menyusup ke antara semak2.
Dan aku pun lgsg gak bisa melihatnya lagi.
"Aku takut nek!" Ucapku.
"Apa kau liat juga?" Tanya Nenek heran sambil menatapku.
Aku menatap mata Nenek lalu mengangguk.
"Apa yg kau liat?" Tanya Nenek memastikan.
"Ada Kakak2!" Ucapku dgn pelan.
Lalu Nenek mengelus rambutku dan merangkulku.
"Gak usah takut!" Ucapnya sambil melangkah turun.
"Nenek kira kau gak liat!" Ucapnya.
Kami pun udah sampai di pancuran, kembali Nenek membasuh buah loa tadi dan mengajakku lgsg putar arah.
"Berapa org yg kau liat?" Tanya nenek sambil menaiki anak tangga.
"Tujuh, Nek!" Jawabku.
"Oh. Kirain kau gak bs liat!" Ucapnya.
Sampai di rumah, Kakek udah ngomel2.
Katanya dia udah lapar, tapi Nenek ntah kemana.
"Dari mana kau?" Tanya Kakek kesal.
"Jemput ini. Ketinggalan tadi." Kata Nenek menjawab.
"Perut udah keroncongan, udah jam brp ini!" Kata Kakek lagi ngomelin Nenek.
"Ayo, ayo, makanlah kita." Ucap Kakek.
Mama pun lgsg sibuk.
Di gelarnya tikar purun hasil anyaman nenek.
Lalu di angkatnya periuk nasi, ceret, dan gelas.
Sedangkan Nenek masih sibuk numbuk buah loa td campur dgn babal, daun pepaya, dan garam.
Kamipun nunggu Nenek datang.
Kami pun duduk berkeliling membentuk lingkaran diatas tikar purun itu.
Lalu Bapak memimpin doa. Kami makan seadanya aja.
Di atas tikar cuma ada ikan kepala batu goreng, ikan rebus medan, pucuk ubi tumbuk di campur dgn kincung/kecombrang, dan takokak/terung pipit.
Sambil makan, aku memulai cerita.
Sebenarnya Bapak melarang kami bicara sambil makan, karna bisa tersedak/keselek.
Aku pun menceritakan apa yg kami liat tadi dgn nenek.
Spontan semuanya serius menanggapi, dan Bapak sendiri pun melanggar aturan yg dia buat.
Kakek sekali lagi marah ke Nenek karna bawa aku kesana tengah2 hari.
"Ngapain kau bawa2 dia. Udah tau tengah2 hari jamnya hantu mandi disana. Pergi pula di jam segitu!" Ucap Kakek.
"Gak ada ku ajak dia, dia yg minta ikut." Kata Nenek bela diri. π€
-----------------
Lalu akupun masuk SD. Aku biasanya barengan dengan Kakakku yg udah SMP berangkat sekolah pagi2.
Di sebuah jalan tikus kami hrs tiap hari melewati kuburan yg udah permanent.
Gak ada jalan lain soalnya. Kuburan itu di tepi jalan di sebuah ladang.
Di kampungku memang begitu.
Meski ada kuburan umum, tp msh bnyk warga yg menguburkan keluarganya di ladangnya sendiri atau pun di dpn2 rumah.
Semua anak sekolah rata2 takut ketika melewati kuburan tsb.
Tak terkecuali anak SMA. Apalagi lah aku yg baru kelas 1 SD.
Kuburan itu sebenarnya gak seram. Dan tmptnya bersih.
Dan jujur aja gak prnh ada yg aneh disana atau yg bikin merinding.
Udah ber-bulan2 kami melewatinya gak ada yg aneh.
Tapi beda dgn pagi itu, aku melihat ada nenek2 duduk di atas temboknya. Dia tertunduk sedih.
Aku liatin ke nenek itu sampai aku nyaris jatuh kesandung akar durian.
Sedang yg lain, termasuk kakakku fokus semua ke depan.
Karna memang mereka gak melihat apa2.
"Siapa itu? Kok duduk disitu?", tanyaku ke kakakku.
"Yang mana?", tanya kakakku balik.
"Itu!", ucapku sambil melihat ke belakang.
Tapi gak ada lagi nenek2 itu disana.
Aku gak tau kemana.
"Eh, udah gak ada. Tadi ada nenek2 duduk diatas.", ucapku.
Spontan semuanya pada lari ter-birit2.
Kakakku menarik tanganku karna aku larinya lambat.
Ada yg sampai jatuh juga.
------------------
Lalu suatu ketika, aku pulang sekolah sekitar jam 10 atau jam 11, aku udah lupa.
Aku jalan sendirian tanpa ada temanku. Sebenarnya, biasanya ada temanku yg satu arah kesana, tp hari itu dia gak masuk sekolah.
Aku pun menyusuri ladang2 kopi di kanan kiri.
Di sebuah ladang, kuliat ada yg ber-gerak2 di pohon pisang.
"Udah pulang sekolah?" Ku dengar suara itu menyapaku.
Aku pun melihat kesana, oh ada org lagi nebang pisang, pikirku.
Tapi alangkah kagetnya aku begitu melihat wajahnya.
Karna dia adalah nenek pemilik ladang itu yg udah meninggal sebulan yl.
Aku sngt kaget melihat dgn jelas wajahnya. Dia sibuk merapikan daun2 pisang yg kering dgn parang ditangannya.
Aku pun rasa2 gak yakin dgn yg kuliat.
Kok masih hidup? Tapi udah meninggal kemarin?
Aku pun berjalan terus dgn mempercepat langkahku.
Lalu aku merasa sesuatu yg gak enak di badanku.
Tiba2 aku panas dan demam.
Aku seperti gak punya tenaga melangkahkan kakiku sampai rumah.
Tapi aku terus berjalan meski badanku udah panas tinggi.
Sampai di halaman rumah, Mamaku kaget melihatku agak lain.
Dia lgsg turun dari tangga rumah kami menemuiku.
"Napa, nak?", tanyanya.
Aku pun gak menjawab.
Aku cuma memasang muka sedih nyaris nangis. Karna badanku udah panas sekali.
Mamaku memegang dahiku.
"Kok panas kali badanmu, nak!", ucapnya.
Lalu aku di papah ke rumah dan di suruh minum obat flu warung.
Lalu datanglah bibi yg ladangnya di sebelah rumah kami minta air putih.
Melihat aku begitu dia lgsg tau aku kenapa.
"Ini keteguran, Mak Nova!", ucapnya ke Mama.
"Ada td yg liat dia dijalan!", ucapnya lagi.
Aku pun menceritakan kejadian td.
"Tuh, kan. Benar! Dia keteguran!", ucapnya.
Lalu di panggillah Mak Uo Relima ngobati aku.
Akhirnya panasku perlahan menurun.
Sejak itu aku jd makin takut lewat ladang itu. Kepikiran aja trus.
--------------------
Sekitar setaun kemudian, kembali aku melihat yg aneh2 di sebuah ladang yg ku lalui.
Nenek pemilik ladang itu sedang memetik kopi. Kebetulan dia membelakangiku.
Tapi aku bs mengenalinya dari belakang.
Sebab aku sempat mengenalnya waktu hidup. Aku pun gemetaran kala itu.
Udah lebih 3 th orgnya meninggal, tp bs kuliat waktu itu sedang memetik kopi di ladangnya.
Aku takut jgn sampai dia melihatku.
Aku pun berlari sambil berkata: "hantuuu!"
"Ada apa, Jimmy?", tanya Bu Sony di ladangnya.
Akupun makin kaget gegara itu.
Tapi akhirnya aku bs tenang begitu menyadari itu Bu Sony.
Akupun menceritakan yg tadi.
Akupun bilang takut pulang ke rumah.
Akhirnya Bu Sony ngantarin aku ke rumah. Untung aja aku gak sakit dibuatnya.
Kata Mak Uo Relima, itu karna aku yg duluan melihatnya.
Kalau hantu itu yg duluan meliatku, aku akan sakit katanya.
------------------
Aku pun kelas 4 SD. Waktu itu Kakek Rinto barusan meninggal.
Karna udah tua sekali dan punya cucu dari semua anak2nya, akhirnya penguburannya lama.
Sampai seminggu dulu baru di kuburkan. Gitulah adat kami.
Siang itu aku pulang sekolah sendirian.
Hari itu hari kedua Kakek Rinto meninggal. Mayatnya msh di semayamkan di rumahnya. Anak2nya aja msh blm datang semua dari perantauan.
Tiba2 aku ketemu dia di jalan pake celana komprang khas miliknya dan kemeja putih polos.
Aku pun lgsg menggigil ketemu dia.
Orangnya tinggi kurus, dan spt biasa kancing kemejanya gak di kancingkan 2 buah di atas.
Dia senyum ramah ke aku spt biasanya ketika hidup.
Itu tepatnya di ladang dia juga.
Aku sempat bingung, bukannya itu yg meninggal? Kok ada disini?
Kami papasan waktu itu.
Masih tercium olehku aroma khas Bapak2 dari tubuhnya.
Lalu aku menoleh ke belakang, eh dia gak ada lagi.
Kemana perginya? Padahal jalan yg ada di blkgku cuma lurus tanpa ada persimpangan.
Masuk ke ladangnya kah? Aku pun lgsg sadar kalau itu hantunya.
Sampai dirumah aku pun gak mendapati kedua orang tuaku.
Mereka lagi ada di tmpt duka. Yang ada Abang dan Kakakku.
Akupun menceritakan itu ke mereka.
Mereka pun ketakutan mendengarnya.
Sorenya orang tua kami datang, lalu kami ceritakanlah itu. Mereka gak banyak komentar.
--------------------
Nah, stlh aku kls 5 SD, aku prnh sakit sampai seminggu gak masuk sekolah.
Teman2ku pun di suruh guru menjemputku karna lagi ada UKS.
Aku mau di obati di sekolah.
Bapakku pun menyuruh teman2ku balik duluan ke sekolah.
Nanti kami nyusul, katanya.
Kami pun berangkat.
Jalanan yg kami lalui agak menanjak.
Jadinya aku bs melihat sampai jauh ke dpn sana.
Karna jalannya memang lurus.
Di kiri ladang kopi, sedangkan di kanan ladang kacang tanah.
Aku melihat ada seseorang berdiri tegak di tengah jalan di dpn sana.
Dia perempuan, mirip Sinta.
Sinta adalah anak tetangga yg seumuran dgn Abangku.
Tapi waktu itu Sinta lg sekolah di SMP.
Kok ada yg kayak dia disana.
"Itu Sinta ya, Pak?", tanyaku ke Bapakku.
"Mana?", tanya Bapakku.
"Itu yg di depan sana.", ucapku.
"Aku gak meliat apa2!", ucap Bapakku.
Itu lho di tngh jalan tuh dia berdiri!", ucapku sambil melihat ke wajah Bapakku ke belakang.
Waktu itu aku msh jls melihat wajah perempuan mirip Sinta itu.
Tapi sepertinya dia gak menjejak tanah. Baju dan roknya putih2.
Dan bodynya kebawah itu meruncing.
Tapi begitu melihat ke dpn lagi, udah gak ada dia.
"Eh, udah gak ada. Kemana dia?", ucapku.
"Jadi gak kau liat lagi?", tanya Bapakku memperjelas.
"Iya. Udah gak nampak. Tiba2 aja menghilang!", ucapku meyakinkan Bapakku.
Bapakku merasa aneh aja kok bs mirip Sinta?
Mitosnya kalau ada kejadian spt itu org tsb akan meninggal.
Tapi faktanya sampai detik ini Sinta msh hidup dan sehat2 aja.
Waktu itu bagian roknya gak melebar ke samping, tapi meruncing.
Kayak punya kaki satu di tengah gitu.
Bapakku sngt yakin dgn itu.
Apalagi aku lg kondisi sakit wkt itu.
Biasa memang anak2 yg sedang sakit itu di nampakkan makhluk2 begituan.
----------------------
Dan aku pun udah SMP.
Tingkat keberanianku udah bertambah.
Bapakku jg melatihku agar jd anak pemberani. Apalagi hidup di dusun kecil di kampung.
Waktu itu aku dan keluarga baru pulang Natalan dari Gereja.
Mungkin waktu itu sekitar tgl 22 Desember.
Kami pulang jam 10 malam menyusuri jalan tikus yg diapit ladang2 kopi robusta, kakao, jengkol, durian, duku, manggis, dll.
Suasana malam lumayan gelap meski langit cerah.
Kami pulang tanpa penerang apa2.
Senter sih punya tp kebetulan batrenya lg habis.
Bapak belakangan pulang karna dia merupakan penatua di Gereja.
Setiap Natalan ke Gereja, Bapak selalu bawa lampu petromak utk penerang di ruangan Gereja tsb.
Maklumlah, listrik blm masuk.
Bapak akan jalan menenteng lampu tsb pulang Gereja.
Tapi kami gak mungkin nungguin dia karna para penatua pulangnya lama.
Di jalan, kami sih rame2 dgn yg lain.
Tapi pisah satu2 di setiap persimpangan.
Rumah kamilah yg paling jauh ke dalam2. Orang udah sampai, kami blm.
Tersisalah hanya aku, Abangku, Kakakku, dan Mamaku.
Aku sih gak takut kalau jalan rame2 ya.
Aku pun melihat ada dua orang berpakaian serba putih di dpn kami.
"Eh, siapa mereka? Tadi gak ada org di dpn kita!?", ucapku.
"Aku gak liat siapa2!", kata Mamaku.
"Kau jgn nakut2i!", bentak Kakakku.
"Aku serius!", masa' cuma aku yg liat?", kataku udah mulai ketakutan.
Kami terus berjalan ke dpn. Org itu pun terus berjalan.
Lalu Abangku pun mengaku meliatnya.
"Iya, betul Ma! Aku meliat ada dua org!", katanya.
"Hantu tuh!", kata Kakakku bergidik.
Dia merapat ke Mama.
"Ayok kita kejar yok!", kata Abangku.
Abangku memang lbh pemberani lagi dari aku.
Dia mempercepat langkahnya, begitu jg aku.
Tapi kami meliat Mama dan Kakak gak bs jalan cepat.
Akhirnya kami hrs melambat jg.
"Ayok, Ma!", ucapku yg gak puas liat cara jalan Mamaku dan Kakakku.
Kami kuatir aja ninggalin mereka di blkg.
Lalu kedua sosok tadi tiba2 belok kanan ke sebuah sawah.
Mereka jalan menurun ke sawah dgn lurus tanpa memijak pematang sawahnya.
Mereka jalan ke padinya.
Terdengar jelas suara gemerisik ketika mereka membelah padi itu.
Terdengar juga suara gemericik air yg sepertinya dipijak oleh kedua sosok tsb.
Karna kami jalannya lurus, kami tetap bs menoleh ke kanan ke arah mereka.
Msh terlihat oleh kami mereka makin menjauh.
Makin lama mereka gak keliatan lagi tertelan gelapnya malam.
Tapi nampaknya mereka udah sampai di seberang sana.
Aku pun merinding aja dan meyakini mereka adalah sosok makhluk halus yg sengaja memberikan dirinya kami liat waktu itu.
Namun mereka gak mengganggu kami.
--------------------
Natal tahun depannya, kembali ku alami kejadian serupa.
Waktu itu sekitar jam 10 malam juga kami pulang Gereja.
Masih rame2 dgn orang2 kampung lainnya.
Ini msh jauh ke lokasi yg td ku ceritakan. Kami melewati sebuah perempatan jalan.
Ke kanan itu cuma sumur dan sawah.
Sumurnya msh jauh ke kanan.
Lalu 10 mtr sblm sampai di perempatan itu, aku meliat ada seorang Bapak2 tegap berjalan dari arah kiri lurus ke kanan, ke arah sumur.
Jalannya sngt cepat dan seperti gak memijak tanah.
Desiran anginnya kuat ku dengar membelah tubuhnya.
Dia gak menoleh sedikit pun ke arah kami ketika menyebrangi perempatan itu.
Padahal suara kami sngt rame.
Ada yg megang obor yg terbuat dari botol limun dan di kasih sumbu dari guntingan selimut dan di isi dgn minyak tanah.
Seperti biasa aku selalu jalan di dpn.
Aku meliat ada org melintas barusan!", ucapku.
"Mana?"
"Mana?"
"Yang mana?"
"Aku gak liat!"
Mereka meresponku demikian.
"Udah kesana pergi. Skrg gak nampak lagi!", kataku.
"Kek mana ciri2nya?", tanya slh seorang Ibu2. Lalu aku pun menceritakan.
Semua bergidik.
"Itu hantunya si Ronald!", ucap Ibu itu.
"Iya! Itu si Ronald!", ucap Ibu yg lain.
Aku memang gak sempat mengenal si Ronald. Tapi dia anak lajang umur 35 th yg meninggal di kampung kami.
Kejadiannya udah sngt lama. Waktu aku blm TK malah.
"Pulang ke rumahnya tuh!", ucap Ibu yg lain.
Rumah mereka memang ke arah sumur itu dulu.
Tapi skrg rumah itu udah lama kosong dan udah sngt lapuk.
Menyeramkanlah kesannya!
Sejak kedua ortunya meninggal, gak ada lg yg ngurus rumah itu.
Saudara2nya semua tinggal dikota.
----------------------
Setelah aku SMA, ada kejadian yg menegangkan jg waktu pulang Natalan di Gereja.
Namun ini di alami oleh seorang Nenek2 di kampung kami.
Waktu itu tgl 21 Desember, kami baru aja sampai rumah pulang Gereja.
Baru sekitar 10 menit masuk rumah. Kami ke dapur hendak makan.
Tadinya kami gak sempat makan sblm berangkat ke Gereja.
Malam itu begitu sunyi dan langit begitu gelap.
Gak ada bulan dan bintang menghiasi langit.
Tiba2 dinding dapur rumah kami ada yg ngetok.
Sontak aku pun kaget dan terdiam memasang telingaku baik2.
Ketokan itu pun makin jelas dan di ulang2.
"Siapa?" , tanya Mamaku.
"Aku ini Ma Nova!", jawab suara itu.
"Siapa? Kau itu Mbah Riris?", tanya Mamaku seperti mengenali suaranya.
"Iya, Ma Nova. Ini aku.", ucapnya.
"Benaran kau itu?", tanya Mamaku.
"Iya, Ma Nova!"
"Tolong aku Ma Nova. Tolong buka pintunya!", ucapnya dgn suara bergetar spt ketakutan.
Aku mau melarang Mamaku bukain pintu.
Tapi Mamaku gak takut, dia tetap buka pintu.
Benar aja, yg manggil2 itu adalah Mbah Riris.
"Kok kau ada disini?", tanya Mamaku.
"Iya, Ma Nova. Aku tersesat! Aku tersesat sampai ke pinggiran ladang kalian itu.
Aku udah menurun ke jurang itu tadi.", ucapnya.
Mamaku lgsg menopangnya masuk ke rumah.
Di kshnya dia minum segelas air putih.
Lalu dia pun menceritakan yg di alaminya.
"Tadi kita sama2 pulang dari Gereja.
Kok bisa kau sampai kesini jauh. Rumahmu disana.", ucap Mamaku.
"Iya! Aku di sesatkan oleh makhluk halus nampaknya.
Sampai2 aku gak tau arah jalan ke rumahku. Aku dibawa terus menuju jurang!", katanya.
Aku pun merinding dengarnya.
"Tadi aku melihat semua jalanan sngt lebar kayak aspal.
Terus jalanan itu sngt terang dgn bnyk lampu2nya di kiri kanan.
Jalan itu lurus terus gak ada belok2 gak ada simpang.
Aku jalan terus menyusuri jln itu, aku pun gak tau itu dimana dan kemana.
Aku kyk di pandu terus."
"Tapi jalan itu gak ada ujungnya.
Aku udah jalan begitu jauh rasanya tp gak sampai2.
Tiba2 aku teringat nama Tuhan, aku memanggilNya, tiba2 aku tersadar.
Aku lgsg sadar aku udah tersesat jauh.
Dan jalan lurus yg terang itu tiba2 gak ada. Lampu2nya jg mendadak gak ada!"
"Yang ada aku sedang berada mendekati jurang.
Jalanku menurun di dlm semak belukar sana.
Udah terdengar suara derasnya sungai di bawahku.
Aku lgsg berbalik arah dan menyusuri kegelapan.
Aku lgsg tenang begitu memasuki ladang kopi. Aku merasa aku udah keluar hutan.", jelasnya.
"Aku lega stlh melihat ada bias cahaya lampu dari sebuah rumah.
Itulah ku ikuti terus sampai aku tiba disini. Ternyata rumah kalian!", ucapnya.
Oya, Mamaku mengajaknya makan jg sekalian. Stlh itu Mamaku mengantarkannya pulang dgn di temani adik perempuanku.
-------------------------
Ketika aku mau menamatkan sekolahku dari SMA, waktu itu kami udah selesai UAN (apa UAS ya waktu itu.)
Maaf aku udah lupa. Aku lbh bs mengingat EBTANAS malah. π
Kami hrs msk sekolah meski udah gak belajar lagi.
Kami sering cabut dari sekolah dan pergi main2 ke kampung lain.
Kadang kami pergi nyuri jagung orang di ladangnya dan kami bakar di ladang itu juga rame2.
Yang lbh parah lagi, nyuri ayam org dan di panggang di tengah ladang!
Yah, itulah sebagian kenangan wkt masa2 kenakalan remaja.
Tapi kadang2 aku gak ikut dgn kawan2ku.
Aku akhirnya pulang sendirian meninggalkan teman2ku.
Aku kadang malas ngikuti mereka pergi jauh2 menyusuri semua kampung2 di kecamatan itu.
Sementara teman2 perempuan udah jauh dan malah udah pada sampai di rumah msg2.
Aku pun menyusuri jalanan melewati areal jembatan.
Jalan ke kampung kami memang hrs melewati satu buah jembatan.
Jembatannya udah permanen.
Di bawahnya ada sungai berbatu yg airnya sbnrnya dangkal.
Namun jarak dr jembatan ke bawah sngtlah jauh/dalam.
Sungai itu diapit tebing bebatuan yg curam. Lumayan sepi disana.
Jarak rumah2 msh jauh dari sana.
Bagian kanan tebing berupa batu2 padas ataupun tanah yg suka longsor.
Dan bagian kiri berupa jurang dan sungai.
Sekeliling di tumbuhi aneka bambu, pohon terap, matoa, dll.
Angin berhembus begitu sejuk disana.
Aku pun berhenti di jembatan itu memandang mandang ke bawah.
Tiba2 aku seperti gak sadarkan diri.
Aku pun berjalan ke arah kanan tmpt bekas pengambilan batu padas dan batu2 kerikil utk pengaspalan dulu.
Aku menyusurinya dan melihat ke bawah. Ada jalan yg landai ke sungai.
Tanpa rasa takut aku pun mencoba menyusuri jalanan itu.
Emang jalan org sih buat mancing ke bawah. Ada jalan setapak disana.
Jiwa petualangku tiba2 berkibar.
Aku jd betah berlama lama memandangi semuanya disana.
Aku melompat dari batu yg satu ke batu yg lain.
Aku pun membasuh tanganku dan jg mukaku dgn segarnya air sungai itu.
Aku memandangi tebing2 curam berupa batu2 keras di sisi sungai.
Sesekali ku pandangi ke atas ke arah jembatan. Tiba2 aku mendengar ketawa cekikikan di sekitarku.
Suara itu pun menghilang.
Aku coba alihkan perhatianku ke indahnya alam.
Aku gak mau takut!
Tiba2 terdengat lagi ketawa itu cekikikan.
Aku mencoba memasang telinga baik2.
Tapi suara itu menghilang lagi dan menjauh.
Suatu saat bisa muncul lagi, begitulah terus.
Aku pun berniat naik ke atas.
Aku mau pulang aja.
Aku jg hrs was2 jgn sampai ada hal2 aneh yg ku alami disana.
Aku tergelincir ketika naik keatas.
Sepatuku begitu licin menapaki jalan setapak yg lembab itu.
Aku seperti di tarik ke bawah.
Akhirnya kembali ke batu di tepi sungai. Lalu aku tiba2 kaget.
Ada wanita2 berparas cantik 3 orang di sebelah kananku.
Jarak kami cuma 5 mtr aja.
Aku gak percaya mereka manusia biasa.
Aku yakin itu pasti jelmaan hantu.
Aku pun merinding sejadi jadinya.
"Jangan takut abang ganteng. Hihihihihi..!", ucap salah satu dari mereka.
Kuntilanak!, gumanku dlm hati.
Lalu mereka rebutan megangi aku.
Ada yg menggandeng tanganku dari kanan dan kiri.
Ada yg mencubit-cubit pipiku.
Aku sadar aku dlm bahaya, tp mereka gak mau melepaskan aku.
Aku berontak tp kalah kuat.
"Siapa kalian?", tanyaku.
"Jangan takut dong, Abaangggg!", ucap salah satu dr mereka.
Mereka sngt cantik2, wangi, bajunya putih bersih kayak baju pengantin.
Aneh kan?!
Gak logika kalau manusia.
Dan rambut mereka panjang sampai ke pinggang.
Lurus kayak rambut Duta Shampoo lain.
Mereka menyeretku ke semak2 dan menghempaskan tubuh kami semua ke atas rerumputan itu.
Aku di gerayangi mereka dgn genitnya.
Dan aku di tindihnya sampai kami berguling-guling di semak itu.
Mereka terus ketawa tanpa henti.
Mereka mencubiti pipiku dan pahaku.
Mereka menggelitik seluruh tubuhku. Yaitu di perut, ketiak, leher, dan dada.
Aku pun hrs menggelepar-gelepar diatas rumput itu.
Aku gak sanggup menahan gelinya di gelitik oleh mereka.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!", ucapku.
Tapi aku terus di gelitiknya.
Aku pun menggelinjang dibuatnya.
Aku bahkan sampai nyaris kehabisan nafas saking gelinya sekujur tubuhku di gelitiknya.
Mau teriak aku gak sanggup saking gelinya.
Aku gak tau apa yg hrs kulakukan.
Aku sadar aku lagi di kerumini sejumlah kuntilanak.
Lalu aku tiba2 teringat gimana cara menanggulangi kuntilanak.
Yaitu dgn memasukkan paku ke lobang di dkt telinganya.
Tapi paku dr mana coba?
Aku pun menggigil dan merinding hebat mereka gelitikin terus.
Aku gak tau apa aku msh bs selamat.
Aku gak tau lg gimana akhir ceritaku.
Membayangkan mereka bukan manusia aja udah ngeri sekali.
Nafasku pun sngt ngos2an.
Aku meronta-ronta dan menyepak-nyepakkan kedua kakiku.
Begitu jg kedua tanganku ku hempas2kan dan berusaha lepas dari cengkraman mereka.
Baju seragamku sampai sobek gegara itu.
Tiba2 aku ingat Tuhan.
"Darah Yesus!!",
ucapku dgn sngt tiba2 dgn suara lantang.
Itu ku ucapkan sampai tiga kali.
Lalu mereka tiba2 menghilang dari penglihatanku.
Iya, benar2 menghilang!
Aku msh posisi rebah di rumput.
Ku liat sekelilingku dgn merinding!
Aku pun lgsg bangkit dari semak itu.
Aku tetap aja sngt ketakutan.
Tapi gak ada lagi ku rasakan mereka memegangiku dan menggelitikku.
Aku pun segera menjauhi tempat itu.
Aku naik keatas dgn terus merinding dan berdiri bulu kudukku.
Aku liatin ke belakang.
Aku takut mereka muncul lagi menyeretku ke bawah.
Aku pun berhasil naik keatas.
Aku berlari ke arah jalanan dekat jembatan.
Tiba2 melintas sebuah angkot.
Aku lgsg menyetop.
Sopir itu heran meliat aku kotor2 dgn baju sobek2.
Ditambah dgn mukaku yg pucat pula.
"Kau jatuh?", tanyanya.
"Gak!", kataku.
Dan lgsglah ku ceritakan kejadian itu.
Sopir itu pun merinding terus mendengar penuturanku.
Tapi dia rada2 gak percaya dgn kejadian itu.
Bukan berarti dia nganggap aku boong ya.
Tapi gak nyangka aja dia disana tuh ada kuntilanak.
Jadi itulah kejadian paling menegangkan yg ku alami selama hidupku.
Aku bukan saja cuma di nampakkan, tp benar2 di gerayangi dan di gelitik.
Mereka nyata punya tubuh kayak manusia. Bukan seperti bayangan atau hologram yg gak bisa di sentuh. π¬
----------------------
Empat bulan sejak aku tamat SMA, aku msh di kampung.
Aku gak bs melanjutkan sekolahku ke jenjang yg lbh tinggi lagi.
Ada satu kejadian lg yg cukup menegangkan yg ku alami.
Namun gak spt kejadian dgn kunti tadi, aku sampai di apa2in.
Jalan desa kami msh bnyk jalan tikus.
Dan jarak rumah ke rumah msh sngt jarang2.
Waktu itu siang2 bolong aku berjalan pulang dari kedai beli gula.
Di sebuah jalan yg lumayan teduh oleh rimbunnya dahan2 pohon yg menutupi jalan tsb, aku bertemu dgn seseorang yg bertubuh cuma sebelah! π±
Aku kaget bukan kepalang menyaksikan dgn mata kepalaku sendiri, sesosok yg berada di dpnku memiliki tubuh sebelah aja.
Sebelah ya bukan sepotong!
Jadi dia punya kepala sebelah dgn mata satu, lobang hidung satu, mulut sebelah. Tangannya satu, kakinya satu.
Pokoknya badannya separuh aja.
Aku pun lgsg lari terbirit-birit ke belakang sekencang-kencangnya.
Gak tau lagi sejauh apa aku berlari.
Sampailah pada satu titik, aku hrs berhenti dgn sngt ngos2an karna mau papasan dgn seseorang.
Maklum jalan sempit!
Aku merasa lega karna udah ketemu orang.
Itu makanya aku berhenti sambil menunduk memegangi kedua lututku.
Deru nafasku memacu sngt kuat.
Aku hendak cerita ke org tsb tp aku msh kecapekan.
"Ada apa kok ngos2an begitu?", tanya org tsb ke aku.
Lalu aku pun cerita.
Aku bilang baru aja aku ketemu hantu berbadan sebelah di blkg sana.
Badannya cuma sebelah aja.
Lalu dia bilang,
"Kayak aku ini ya?"
Aku pun melihat ke dia.
Jises Krais!
Ternyata itu dia yg tadi aku ketemu disana.
Aku pun kini melihat badannya cuma sebelah aja.
Aduh, aduh, aduuhh! Kok bisa ya.
Padahal aku lari ke blkg.
Aku udah tinggalin dia jauh.
Tapi bisa2nya dia muncul lagi mencegatku di depan.
Benar2 hantu.
Dia bs secepat kilat motong aku dan menampakkan diri lagi di dpnku.
Aku pun lari terbirit-birit sampai ter-kencing2.
Aku lari tunggang langgang gak tentu arah.
Aku gak tau hrs kemana biar bs menghindar dari dia.
Aku tau dia bs secepat kilat mengejarku dan mencegatku lagi.
Lari ke blkg lagi atau ke depan dari samping dia. Cuma itu pilihan.
Ke dlm ladang gak mungkin. Makin parah nanti.
Aku pun di temukan warga sedang pingsan di tengah jalan.
Aku di angkat dan di antar ke rumah.
Sekian lama pingsan, aku pun siuman.
Lalu aku ditanyai perihal apa yg ku alami.
Aku pun lgsg ingat semua kejadian menyeramkan itu.
Ku ceritakanlah semua2nya.
Semua bergidik ngeri mendengar ceritaku.
Akulah satu2nya dikampung ini yg prnh ketemu hantu berbadan sebelah.
Entah ngapain dia hrs menampak-nampakkan wajah ganjilnya di hadapanku.
Bayangin kejadian itu aja aku msh merinding sampai skrg. Serius!!
Syukurlah, sejak itu aku gak prnh lagi mengalami hal2 yg aneh dan ganjil.
Aku berharap cukuplah itu!
Aku gak mau lagi mengalami kejadian2 mistis begitu di kemudian hari.
-------oOO-------
Sumber : Thread di akun Twitter @ando_lan
Komentar
Posting Komentar